TAK PERLU MENGHITUNG HARI. DAN JANGAN MENANTI PAGI


Kami baru saja berpisah
meninggalkan sobekan kertas dan
sisa polusi kepada peradaban
lainnya terpaksa diam
itupun tanpa komando dan
perintah.

Terakhir melihatku, ia mengangguk setuju
seperti biasa sembari melempar
senyum
juga aku yang tiba-tiba melambaikan
tangan untuk mengantarnya sampai tikungan.

Ah, hari sungguh menggugah
padahal kami tak pernah menghitung dan memberi perintah

Bahkan, entah beberapa hari yang lalu ia sempat menceritakan, bahwa tulisannya mandek di sisa penghabisan. Lalu bisa berjalan kembali setelah gelap berganti pagi. Padahal, kami tak pernah menanti.

Sidoarjo. 21 Juni 2015

Komentar