Aku menamainya: Azab
bagaimana tidak, rombongan semut yang
menurut orang beradab malah bertingkah
laku biadab. Mencuri sisa-sisa makanan
lebaran, menghabiskan uang gajian, dan
mengeroyok lampu penerang. Tak masuk
di akal, kenapa semut doyan lampu penerang?
Lah, sedangkan kamu juga begitu
menelanjangiku dengan buru-buru
ngomong soal lebaran yang gagal,
soal demokrasi sandal, vandalisme
kekuatan, dan lain-lain.
Bukankah itu sebuah kegelapan, yang
senantiasa menyapih terang. Meruwatnya
dan lalu menyembunyikannya sampai
ceruk terdalam. Ah, malam masih menyisakan
kejujuran dan kebodohan. Bahkan, rombongan
semut masih tampak berbondong-bondong
memenuhi lampu penerang.
Juga kamu,
yang masih memburuku
sampai entah kapan?
Sidoarjo. 25 Juli
2015
Komentar