Sebagai suatu sunnatullah
yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan
menemukan perubahan bagi sunnatullah
itu (QS. Al Fath:23).
Setiap saat kita melihat air, selalu
mencari tempat yang rendah. Apabila dimasak, dan mencapai suhu tertentu, maka
kita akan melihatnya mendidih. Apabila dibiarkan, dan mencapai suhu yang sangat
rendah, maka kita akan melihatnya membeku. Matahari terbit setiap saat dari
timur dan tenggelam di sebelah barat. Matahari berjalan dengan sangat teliti,
sehingga manusia bisa menentukan kapan matahari itu gerhana. Bulan pun
demikian, bahkan semua fenomena alam ada ukuran-ukuran tertentu yang ditetapkan
Allah. Masyarakat berkata, itu hukum alam, Islam menyebutnya takdir. Di sisi
lain, kita melihat ada orang-orang yang berhasil, dan ada orang-orang yang
gagal. Ada Negara maju, dan ada juga Negara yang terbelakang. Kita melihat,
Negara yang maju, memang masyarakatnya bekerja keras, tekun, dan
bersungguh-sungguh belajar dan bekerja. Negara terbelakang, memang
masyarakatnya berleha-leha atau malas. Itu juga namanya takdir, tetapi secara
khusus Al-Quran menamainya sunnatullah
(kebiasaan-kebiasaan Allah).
Sunnatullah inilah yang kemudian
dirumuskan melalui pukul rata statistik, sehingga masyarakat berkata hukum
alam, takdir, atau sunnatullah. Ada
hukum-hukum kemasyarakatan yang menjadikan suatu bangsa atau seseorang bisa
bangkit maju atau runtuh dan tergilas oleh sejarah. Hukum-hukum itu pertama
kali dijabarkan oleh pakar sosiologi Muslim Abdul Rahman Ibnu Qaldun
(1332-1406). Hukum-hukum yang dibuat manusia, bisa jadi menguatkan dan dapat
membuat perubahan baik bagi masyarakatnya. Bisa jadi juga hukum-hukum tersebut
dapat membuat lemah dan berdampak buruk bagi masyarakatnya. Hal tersebut
bergantung kepada manusia yang membuat peraturan dan sekaligus melaksanakannya.
Apabila hukum-hukum manusia tersebut dibuat bertentangan dengan hukum Allah,
maka hasilnya akan merugikan masyarakat yang bersangkutan.
Allah mengingatkan “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”
(QS. Ar Ra’d:11). Keadaan yang dimaksud yang terdapat dalam diri mereka, yaitu pengetahuan,
nilai-nilai, tekad yang kuat untuk berubah. Kalau seseorang atau masyarakat
telah mengubah sisi dalamnya itu, maka ketika itulah Allah akan mengubah sisi
luarnya, sehingga wujud dalam seseorang atau masyarakat akan sesuai dengan
wujud luarnya.
Perubahan
ada yang dilakukan oleh Allah, dan ada yang dilakukan oleh manusia, dan itulah
yang dinamakan sunnatullah. Yang
dilakukan manusia adalah apa yang ada dalam dirinya, tekadnya harus kuat, tekad
itu harus dicerminkan dalam sekumpulan yang banyak dari masyarakat untuk
berusaha sekuat tenaga diiringi doa yang khusuk dan menyerahkan hasilnya kepada
Allah. Pernah sahabat bertanya kepada Nabi “apakah kita akan binasa, walaupun
ada orang-orang saleh di kalangan kita”, Nabi menjawab “ya, jika memang sudah
lebih banyak yang buruk”. Itulah sunnatullah
yang berulang-ulang Al-Quran mengingatkan manusia, yang dinyatakannya “tidak
berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya”. Memang, dalam
konteks kehidupan bermasyarakat Allah tidak membedakan siapapun yang mengikuti
sunnat-Nya, itulah yang berhasil, dan siapa yang mengelak meraih sukses, itulah
yang gagal.
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina (QS. Al Mu’min:60).
Sebenarnya,
semua manusia tidak mempunyai kekuatan tanpa adanya doa. Doa merupakan kekuatan
batin dari seseorang yang mendapatkan kekuatan dari Allah. Walaupun doa
seseorang tersebut tidak dikabulkan, akan tetapi sebuah doa dapat menjadikan
tenang. Maka, merujuk hal tersebut berusaha disertai dengan doa dibutuhkan
setiap manusia, karena di samping sunnatullah
ada juga yang dinamai innayatullah
(pertolongan Allah). Innayatullah
lahir apabila seseorang telah berusaha sekuat kemampuan, lalu gagal, ketika itu
bisa jadi, setelah Allah melihat kesungguhannya, Allah akan menurunkan
bantuan-Nya. Baik bantuan itu kepada seseorang atau kepada masyarakat. Oleh
sebab itu, dengan berusaha sekuat kemampuan, kita pun harus selalu memohon innayatullah. Dengan demikian kita
melengkapi segala hal yang dibutuhkan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan
kelak di akhirat.
Komentar