PENYAKIT HATI


Penyakit berbahaya yang dialami manusia adalah penyakit hati. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang-orang dewasa, melainkan juga bisa menyerang remaja. Bahayanya tidak hanya berdampak di dunia, tetapi akan sampai ke akhirat kelak. Manusia memang menatap ngeri ancaman gagal ginjal, gagal jantung, diabetes, kanker, dan sebagainya. Ada banyak saudara, sahabat, tetangga yang kehilangan salah satu organ tubuhnya (kaki atau tangan) karena penyakit diabetes malah menemukan kehidupannya kembali. Mereka memang kehilangan tangan atau kaki, tetapi menemukan hati. Banyak pasien menderita kanker kronis yang akhirnya menemukan ilmu pasrah. Kerusakan tubuh tidak menyebabkan kehilangan hati. Ilmu yang pasti tidak didapat dengan mudah karena malah harus melewati penyakit yang parah. Maka dari itu, penyakit tubuh seharusnya tidak semenakutkan penyakit hati.
            Hati atau Qalbu merupakan bagian penting dari manusia. Apabila hati manusia tersebut baik, maka baik pula seluruh amalannya. Rasulullah saw. bersabda, “Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati” (HR Imam Al-Bukhari). Jadi, orang-orang yang memunyai penyakit hati atau hatinya ada penyakit akan sulit menerima kebenaran. Allah berfirman, “Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir” (At Taubah: 125).
            Oleh karena itu, penyakit hati lebih berbahaya daripada penyakit tubuh karena penyakit hati akan menimbulkan kerusakan luar biasa di dunia. Penyakit hati yang paling berbahaya di antaranya, sombong dan iri dengki. Seringkali seseorang karena jabatan, kekayaan, kepintaran, dan kelebihan lainnya menganggap rendah orang lain, sehingga bisa menyebabkan pertengkaran. Allah berfirman, “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (Al Israa’: 37). Di surat lain, Allah berfirman “Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman: 18).
            Berdasarkan dua surat tersebut (Al Israa’: 37 dan Luqman: 18) Allah dengan tegas melarang manusia bersifat sombong. Bahkan Allah mencela manusia yang mempunyai penyakit hati dan tidak mencela manusia yang mempunyai penyakit tubuh. Apabila kita menengok ke belakang, sebenarnya manusia lahir tidak membawa apapun. Tidak mempunyai kekayaan, kekuasaan, kepintaran, bahkan pakaian. Begitu juga ketika meninggalkan dunia ini. Manusia tidak akan membawa apapun yang dimiliki, kecuali (1) anak yang sholeh, (2) amal jariyah, dan (3) ilmu yang bermanfaat.
            Selanjutnya, Allah melarang manusia untuk iri dan dengki karena rejeki yang didapat manusia merupakan buah usaha dan sudah ketentuan dari Allah. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada sebahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (An Nisaa’: 32).
            Iri hanya diperbolehkan dalam dua perkara, yaitu bersedekah dan ilmu. “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah. Selanjutnya, untuk menghindari dan menyembuhkan penyakit hati ini ada lima cara, antara lain: Membaca Al-Quran beserta maknanya, Shalat malam, Bergaul atau berteman dengan orang-orang shaleh, melakukan ibadah-ibadah sunnah (puasa), dan senantiasa berdzikir kepada Allah. Mari menghindari penyakit hati sejak dini, agar kelak di akhirat mendapatkan kemuliaan.

Sidoarjo. 10 Januari 2015

Komentar