LATAR BELAKANG MASALAH
Krisis
moneter di Asia Tenggara sejak tahun 1996 berdampak pada krisis perekonomian
Indonesia. Ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda
dunia. Bahkan, krisis moneter tersebut juga menyebabkan krisis politik di
Indonesia. Di samping itu pemerintahan rezim Soeharto atau biasa disebut Orde
Baru menerapkan sistem Dwi Fungsi ABRI yang memasung
kebebasan setiap warga negara (sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam
pemerintahan. Di sisi lain, setiap warga Negara yang melakukan protes akan
dianggap sebagai musuh Negara (dicap komunis).
Rekayasa-rekayasa
yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang politik. Dalam
bidang hukum, pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan
harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk
melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat
pembenaran para penguasa.
Krisis
politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial.
Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada
meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan perekonomian
Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran,
persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya
beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.
Negara-negara
berkembang lainnya, seperti Brasil juga pernah mengalami hal yang sama. Sebelum
tahun 1980, pemerintah Brasil menggunakan kekuatan militer sebagai otoritas
mencengkeram kebebasan berpikir masyarakat. Sehingga, masyarakat Brasil melakukan
transisi menuju demokrasi yang lebih baik. Hanya saja, proses transisi tersebut
mengalami dampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Akibatnya,
pertumbuhan ekonomi lambat dan Brasil mengalami krisis pangan.
Selanjutnya,
masyarakat Brasil kehilangan jati dirinya sebagai bangsa. Kekerasan terjadi
dimana-mana, pemerkosaan, perampokan, bahkan permasalahan paling utama adalah
mental masyarakat yang semakin mengkhawatirkan. Dari kejadian tersebut, muncul
seorang novelis bernama Paulo Coelho dengan karyanya The Alchemis. Novel yang menumbuhkan semangat hidup masyarakat
Brasil. Novel yang secara inspiratif mengubah pandangan hidup orang Brasil.
Sedangkan
di Indonesia, krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.
Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis,
menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan
ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.
Dari kejadian tersebut melahirkan era reformasi untuk menggulingkan
pemerintahan Soeharto.
Pemerintahan
Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam
kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh
karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya
gerakan reformasi.
Masa
reformasi tidak mampu membuat krisis ekonomi dan krisis sosial selesai. Bahkan,
kejahatan di Indonesia semakin meningkat pesat. Bahkan, pemerintahan baru yang
dipimpin BJ. Habibi dan dilanjutkan Gus Dur, dan kemudian Megawati banyak
mendapatkan masalah. Hal tersebut yang menyebabkan masyarakat kehilangan jati
diri, kehilangan kepercayaan diri sebagai bangsa. Maka, pada pasca reformasi
banyak bermunculan motivator-motivator untuk menumbuhkan semangat hidup
masyarakat. Sebut saja, Mario Teguh, Tsung Waringin, Andrie Wongso, Hari
Subagja, dan sebagainya.
Di
samping itu juga bermunculan novel-novel motivasi. Salah satunya adalah “Ipung”
karya Prie GS yang terbit tahun 2008. Novel tersebut menceritakan seorang anak
desa yang mempunyai impian besar, yaitu menjadi seorang intelektual. Dalam
novel tersebut banyak memuat kata-kata bijak dan kata motivasi yang disampaikan
tokoh yang bernama Wuryanto (Lik Wur). Sehingga, motivasi dari Lik Wur tersebut
memantik semangat Ipung untuk berani bersaing dengan anak-anak kota.
Kemunculan novel “The Alchemist” dan
“Ipung” disebabkan pergolakan yang terjadi di Negaranya masing-masing. Kedua
novel tersebut diterbitkan setelah masa-masa transisi atau reformasi belum
mampu untuk membuat keadaan ekonomi dan sosial membaik. Sehingga, dengan
keadaan demikian masyarakat membutuhkan motivasi-motivasi agar kembali
menemukan kepercayaan diri.
Dari uraian tersebut kiranya secara
ide novel Ipung yang ditulis dan
terbit pada tahun 2008 dipengaruhi oleh novel The Alchemist yang ditulis tahun 1982. Keadaan dan situasi yang
melatarbelakangi ditulisnya novel Ipung
sama persis seperti novel The Alchemist.
Masyarakat Brasil hilang kepercayaan diri karena pertumbuhan perekonomian yang
lamban pascatransisi, dan di Indonesia masyarakatnya hilang jati diri karena
perekonomian yang terpuruk pasca reformasi.
Dari pemaparan tersebut, maka
penelitian ini berjudul “Pengaruh novel The Alkemis karya Paulo Coelho terhadap novel Ipung karya Prie GS.”
SASTRA BANDINGAN
Semua sastra memiliki persamaan dan
perbedaan-perbedaan. Adanya persamaan dan perbedaan-perbedaan itu memunculkan
studi untuk membandingkan dan mencari sebab-sebab timbulnya persamaan dan
perbedaan. Menurut Bassnett (1993:12), nama sastra bandingan berasal dari suatu
seri antologi Perancis yang terbit pada tahun 1816 dengan judul Cours de
Litterature Comparee. Istilah dalam versi Jermannya Vergleichende
Literaturgeschichte yang muncul pertama kali dalam buku karangan Moriz
Carriere pada tahun 1854, sedangkan dalam bahasa Inggris diperkenalkan oleh
Matthew Arnold pada tahun 1848.
Sastra bandingan dapat dikatakan
masih muda. Pada awalnya studi sastra bandingan berasal dari studi bandingan
ilmu pengetahuan, kemudian lahir studi bandingan agama, baru kemudian lahir
sastra bandingan. Lahirnya sastra bandingan ini disebabkan oleh timbulnya
kesadaran bahwa sastra itu plural, tidak tunggal.
Basnett (1993:20) menambahkan bahwa
istilah “comparative litterature” baru muncul pada zaman peralihan
sewaktu negara-negara terjajah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari
kerajaan “Ottoman”, dari kerajaan Austro-Hungaria, dari Perancis dan Rusia. Negara
yang baru terwujud, sehingga jati diri kebangsaannya tidak dapat dipisahkan
dengan budaya nasional. Munculnya sastra bandingan bersamaan dengan munculnya
jiwa nasionalisme pada zaman peralihan, yang pada saat itu negara-negara
terjajah sedang mencari identitas mereka.
Menurut Wellek dan Warren (1989:40),
istilah sastra bandingan pertama dipakai untuk kajian studi sastra lisan,
cerita rakyat dan migrasinya, bagaimana dan kapan cerita rakyat masuk ke dalam
penulisan sastra yang lebih artistik. Istilah sastrabandingan dalam hal ini,
mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Sastra bandingan
disamakan dengan studi sastra menyeluruh.
Menurut Hutomo (1993:15), secara
ringkas sastra bandingan dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang mencakup
tiga hal. Pertama, sastra bandingan lama, yakni sastra bandingan yang
menyangkut studi naskah. Sastra bandingan ini, biasanya ditangani oleh ilmu
Filologi. Kedua, sastra bandingan lisan, yakni sasata bandingan yang
menyangkut teks-teks lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari satu
generasi ke generasi dan dari satu tempat ke tempat lain. Teks lisan ini dapat
berupa tradisi lisan, tetapi dapat diungkapkan dalam wujud sastra lisan
(tradisi lisan yang berseni). Ketiga, sastra bandingan modern, yakni
sastra bandingan yang menyangkut teks sastra modern.
Menurut Hutomo (1993:5) pada
dasarnya sastra bandingan itu berlandaskan sastar nasional suatu negara. Studi
sastra bandingan menurut Hutomo (1993:11-12) melandaskan diri pada 3 hal yaitu:
(a) Afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya
sastra, misalnya unsur struktur, gaya, tema, suasana yang terkandung dalam
karya sastra, dan lain-lain, yang dijadikan bahan penulisan karya sastra. (b)
Tradisi, yaitu unsur yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra.
(c) Pengaruh.
Walaupun secara garis besar ada tiga
hal definisi atau pengelompokkan sastra bandingan tersebut, ternyata terdapat
teori dan metode yang dapat dipergunakan oleh ketiganya, atau ketiganya dapat saling
meminjam metode dan teknik penganalisisannya. Dengan begitu, ilmu sastra
bandingan akan menjadi studi yang menarik dan bukan merupakan studi yang
terbatas pada lingkungan tertentu saja.
Menurut Damono (2005:1; 2009:1),
sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak dapat
menghasilkan teori sendiri. Boleh dikatakan teori apapun bisa dimanfaatkan
dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan objek dan tujuan
penelitiannya. Dalam beberapa tulisan, sastra bandingan juga disebut sebagai
studi atau kajian. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode perbandingan
adalah yang utama.
Sastra bandingan mempunyai tujuan
antara lain, untuk memperkokoh keuniversalan konsep-konsep keindahan universal
dalam sastra, untuk menilai mutu sesuatu karya sastra sesuatu negara dengan
memperbandingkannya dengan mutu karya-karya dari negara-negara lain, dan untuk
meningkatkan mutu keindahan karya sastra sesuatu negara dalam bandingan dengan
karya-karya sastra negara-negara di dunia.
Penelitian
ini akan membandingkan dan mencari pengaruh antara novel The Alkemist karya Paulo Coelho dengan novel Ipung karya Prie GS. Paulo Coelho berasal dari Brasil dan Prie GS
berasal dari Semarang, Indonesia.
MOTIVASI
Dari sekian banyak disiplin
ilmiah di lingkungan ilmu-ilmu sosial, ilmu psikologi yang paling dekat dengan
teori motivasi dan aplikasinya. Psikologi adalah ilmu yang berusaha mengukur,
menjelaskan dan ada kalanya mengubah perilaku manusia. Para pakar psikologi
dengan berbagai bidang spesialisasinya telah terbukti mampu memberikan
sumbangan nyata terhadap pemahaman dan pendalaman perilaku individual yang
sangat bermanfaat dalam memilih dan menentukan penggunaan teori motivasi yang
paling tepat. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme
yang mendorong perilaku kearah tujuan yang ingin dicapai.
Siagian (2004:137) menyatakan
bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi
tertentu yang dihadapinya. Karena itulah terdapat perbedaan dalam kekuatan
motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu
disbanding dengan orang-orang lain yang menghadapi situasi yang sama.
Bahkan seseorang akan menunjukkan dorongan
tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan waktu yang berlainan pula.
Walgito (2010:240) menyatakan bahwa motivasi itu mempunyai tiga
aspek, yaitu (1) keadaan terdorong dalam diri organism (a driving state), yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya
kebutuhan jasmani, karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan, (2)
perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan, (3) goal atau tujuan yang ingin dituju oleh perilaku tersebut. Sedangkan menurut KBBI (2005) bahwa motivasi
adalah dorongan yang timbul dalam diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu.
Jenis-jenis
motivasi
(a) Motif Fisiologis
Motif
fisiolofis atau dorongan pada umumnya berakar pada keadaan jasmani, missal
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual. Dorongan-dorongan
tersebut adalah berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan
eksistensinya sebagai makhluk hidup. Apabila lapar, ada dorongan untuk makan,
dan apabila haus ada dorongan untuk minum, dan sebagainya Walgito (2010:244)
(b)
Motif
Sosial
Motif
sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku
atau perbuatan manusia. Dikatan sosial karena motif ini dipelajari dalam
kelompok sosial (sosial group). Motif
sosial dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) kebutuhan akan prestasi, (2)
kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, (3) kebutuhan akan kekuasaan
Walgito (2010:248).
(c) Teori kebutuhan dari Murraay
1.
Merendah atau merendahkan diri (abasement), yaitu menerima celaan atau
cercaan dari orang lain. Merendahkan diri dalam menghadapi orang lain, menerima
hukuman bila melakukan kesalahan.
2.
Berprestasi (achievement), yaitu motif yang berkaitan dengan untuk memperoleh
prestasi yang baik, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, mengerjakan
tugas-tugas secepat mungkin dan sebaik-baiknya.
3.
Afiliasi (affiliation),
yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan berteman, untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain.
4.
Agresi (aggression),
yaitu motif yang berkaitan dengan sikap agresivitas, melukai orang lain,
berkelahi, menyerang orang lain.
5.
Otonomi (autonomy),
yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan kebebasan, bebas dalam
menyatakan pendapat, ataupun berbuat, tidak menggantungkan kepada orang lain,
mencari kemandirian.
6.
Counteraction, yaitu
motif yang berkaitan dengan usaha untuk mengatasi kegagalan-kegagalan,
mengadakan tindakan sebagai conternya.
7.
Pertahanan (defendance),
yaitu motif yang berkaitan dengan pertahanan diri.
8.
Hormat (deference),
yaitu motif yang berhubungan dengan rasa hormat, berbuat seperti apa yang
diharapkan orang lain.
9.
Dominasi (dominance),
yaitu motif yang berhubungan dengan sikap menguasai orang lain, menjadi
pemimpin, membantah orang lain, ingin mendominasi orang lain.
10.
Ekshibisi atau pamer (exhibition), yaitu motif yang berkaitan dengan ekshibisi atau
pamer, menonjolkan diri supaya dilihat orang lain, ingin menjadi pusat
perhatian.
11.
Penolakan kerusakan (hermavoidance), yaitu motif berusaha menolak hal-hal yang
merugikan, yang menyakitkan badan, menolak rasa sakit, menolak hal-hal yang
merugikan dalam kejasmanian, menghindari hal-hal yang membahayakan.
12.
Infavoidance, yaitu
motif yang berkaitan dengan usaha yang menghindari hal-hal yang memalukan,
hal-hal yang membawa kegagalan.
13.
Memberi bantuan (nurturance), yaitu motif yang berkaitan dengan memberi bantuan atau
menolong kawan atau orang lain, memperlakukan orang lain dengan baik, kasih
sayang kepada orang lain.
14.
Teratur
(order), yaitu motif untuk
keteraturan, kerapian, menunjukkan keteraturan dalam segala hal.
15.
Bermain (play),
yaitu motif yang berkaitan dengan bermain, relek, kesenangan, melawak,
menghindari hal-hal yang menegangkan.
16.
Menolak (rejection),
yaitu motif untuk menolak pihak lain, orang lain, menganggap sepi orang lain.
17.
Sentience, yaitu motif yang mencari kesenangan
terhadap impresi yang melalui alat indera (sensuous impression).
18.
Sex (sex),
yaitu motif yang berkaitan dengan kegiatan seksual.
19.
Bantuan atau pertolongan (succorance), yaitu motif yang berkaitan untuk memperoleh simpati atau
bantuan orang lain, untuk bergantung pada pihak lain.
20.
Mengerti (understanding),
yaitu motif untuk menganalisis pengalaman, untuk memilah konsep-konsep,
mensintesiskan ide-ide, menemukan hubungan satu dengan yang lain.
PENGARUH IDE
Kemunculan novel “The Alchemist” dan
“Ipung” disebabkan pergolakan yang terjadi di Negaranya masing-masing. Kedua
novel tersebut diterbitkan setelah masa-masa transisi atau reformasi belum
mampu untuk membuat keadaan ekonomi dan sosial membaik. Sehingga, dengan
keadaan demikian masyarakat membutuhkan motivasi-motivasi agar kembali
menemukan kepercayaan diri.
Novel The Alchemist dengan tokoh utama Santiago menceritakan kesederhanaan
dan kegigihan seorang laki-laki untuk meraih impian yang diperoleh dari ilham
(mimpi). Namun dibalik cerita tersebut terdapat tulisan-tulisan yang
mengagumkan. Di dalammya terdapat pemikiran-pemikiran filosofis tentang
kehidupan, cinta dan perjuangan serta istilah-istilah yang jarang digunakan
dalam bahasa sehari-hari.
Novel Ipung dengan
tokoh utama Ipung menceritakan
kesederhanaan dan kegigihan seorang remaja laki-laki untuk meraih cita-citanya.
Bahasa yang digunakan sederhana. Setiap kata yang menggunakan bahasa daerah
mudah diartikan karena arti kata tersebut tertulis dibawah. Terdapat kata-kata
mutiara yang menjadi pedoman ditiap akhir bab. Namun dibalik bahasa sederhana tersebut
terdapat hal yang mengagumkan. Di dalammya terdapat pemikiran-pemikiran
filosofis tentang kehidupan, cinta dan perjuangan serta istilah-istilah yang
jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari.
Dari uraian tersebut kiranya secara
ide novel Ipung yang ditulis dan
terbit pada tahun 2008 dipengaruhi oleh novel The Alchemist yang ditulis tahun 1982. Keadaan dan situasi yang
melatarbelakangi ditulisnya novel Ipung
sama persis seperti novel The Alchemist.
Di Brasil masyarakatnya hilang kepercayaan diri karena pertumbuhan perekonomian
yang lamban pasca transisi, dan di Indonesia masyarakatnya hilang jati diri
karena perekonomian yang terpuruk pasca reformasi. Sehingga, kedua novel
tersebut banyak memuat kata-kata motivasi untuk pembacanya. Tujuannya, agar
pembaca kembali menemukan kepercayaan diri serta jati dirinya.
PENGARUH GENRE
Secara genre kedua novel tersebut sama, yaitu novel
motivasi. Kedua novel tersebut mengangkat permasalahan remaja yang mencari jati
diri untuk meraih impian. Perjalanan meraih impian terdapat ujian-ujian hidup
yang dialami tokoh utama. Tetapi, tokoh utama dalam dua novel tersebut
mempunyai motivator untuk membangkitkan semangat hidup.
Novel The
Alchemis, tokoh utama (Santiago) berkeinginan untuk memenuhi mimpi yang
diperoleh dari ilham (mencari harta karun). Sedangkan novel Ipung, tokoh utama
(Ipung) berkeinginan untuk memenuhi impiannya (cita-cita). Kedua novel tersebut
merupakan bentuk motivasi terhadap masyarakat untk mengembalikan kepercayaan
diri.
PENGARUH
MOTIF
Novel Ipung juga dipengaruhi secara isi, yaitu
banyak memuat kata-kata motivasi yang sebenarnya ditujukan kepada pembaca. Motivasi-motivasi
tersebut, baik yang dinyatakan oleh tokoh maupun narrator bertujuan untuk
membangkitkan kepercayaan diri masyarakat dari keterpurukan.
Novel The
Alchemist, tokoh yang banyak mengatakan kata-kata bijak yang penuh motivasi
adalah Sang Raja (Melkeisidek), walaupun ada beberapa yang dari Santiago.
Kutipannya sebagai berikut.
*) "Dusta terbesar itu: Bahwa pada satu titik hidup
kita, kita kehilangan kendali atas apa yang terjadi pada kita dan hidup kita
jadi dikendalikan oleh nasib" - Sang Raja
*) "Takdir adalah apa yang selalu ingin kaucapai. semua
orang, ketika masih muda, tahu takdir mereka, pada titik kehidupan itu,
segalanya jelas, segalanya mungkin. Mereka tidak takut bermimpi, mendambakan
segala yang mereka inginkan terwujud dalam hidup mereka. tapi dengan berlalunya
waktu, ada daya misterius yang mulai meyakinkan mereka bahwa mustahil mereka
mewujudkan takdir tersebut" - Sang Raja
*) "Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat
raya bersatu padu untuk membatumu meraihnya" - Sang Raja
*) "Di masa-masa awal kehidupan mereka, manusia sudah
tahu alasan keberadaan mereka, barangkali ini juga sebabnya mereka menyerah
terlalu cepat, tapi memang begitulah adanya" - Sang Raja
*) Kalau kau memulai dengan menjanjikan sesuatu yang belum
kau miliki, kau akan kehilangan hasratmu untuk berusaha memperolehnya - Sang
Raja
"Bukan cinta namanya kalau hanya berdiam diri saja
seperti padang pasir, atau menjelajahi dunia seperti angin. Bukan pula cinta
namanya, kalau hanya memandang segala sesuatu dari kejauhan seperti matahari.
Sebab saat kita mencintai, kita selalu berusaha menjadi lebih baik – Santiago
Sedangkan dalam novel Ipung,
tokoh yang banyak mengungkapkan kata-kata bijak dan motivasi adalah Lik Wur
(Paman Ipung). Di samping itu narator juga ada beberapa yang mengungkapkan
kata-kata motivasi. Berikut kutipannya.
*)
Dan cobaan tak cuma duka derita. Ia juga bisa berupa senang dan bahagia (hal, 18)
*)
Menjadi bandit yang sukses atau orang pinter yang sukses, kotalah tempatnya
(Lik Wur, 20).
*)
Hidup bukan rangkaian kemustahilan (20)
*)
Cinta tak cuma ditunggu, tetapi juga direbut (32)
*)
Hidup ini keras. Dan tubuh kerempeng bukan jaminan harus kalah melawan hidup (Lik Wur, 37)
*)
Tak semua cabang hidup harus kita menangkan (Lik Wur, 41)
*)
Wanita memang suka bikin bahagia. Tapi ingat atur waktunya. Masih banyak
persoalan hidup yang lebih besar, katimbang sekadar wanita (Lik Wur, 42).
Dengan demikian,
sebagai kesimpulan terakhir bahwa novel Ipung karya Prie GS banyak dipengaruhi
oleh novel The Alchemist karya Paulo
Coelho. Dua novel tersebut muncul dengan latar belakang yang sama, yaitu
pergolakan perekonomian dan sosial di negaranya masing-masing. Prie GS berhasil
menangkap keberhasilan Paulo Coelho untuk mengubah pandangan hidup masyarakat
Brasil menjadi lebih baik. Sehingga, Prie GS menulis novel dengan genre yang
sama karena alasannya keadaan dan situasi yang sama.
Tujuan
dari kedua novel tersebut juga sama, yaitu menumbuhkan semangat hidup,
kepercayaan diri, dan mencari jati diri sebagai bangsa. Hal tersebut dapat
dibaca pada kutipan motivasi-motivasi yang terdapat dalam kedua novel tersebut.
SIMPULAN
Kemunculan
novel “The Alchemis” dan “Ipung” disebabkan
pergolakan yang terjadi di Negaranya masing-masing. Kedua novel tersebut
diterbitkan setelah masa-masa transisi atau reformasi belum mampu untuk membuat
keadaan ekonomi dan sosial membaik. Sehingga, dengan keadaan demikian
masyarakat membutuhkan motivasi-motivasi agar kembali menemukan kepercayaan
diri.
Novel
The Alchemist
karya Paulo Coelho memengaruhi novel Ipung karya Prie GS, baik secara ide,
genre, maupun motif. Secara ide novel The
Alchemis dengan tokoh
utama Santiago menceritakan kesederhanaan dan kegigihan seorang laki-laki untuk
meraih impian yang diperoleh dari ilham (mimpi). Sedangkan, Novel
Ipung dengan tokoh utama Ipung menceritakan kesederhanaan dan
kegigihan seorang remaja laki-laki untuk meraih cita-citanya.
Secara
genre novel The
Alchemis karya Paulo Coelho dan memengaruhi novel Ipung karya Prie GS
merupakan novel motivasi untuk masyarakat, karena inti dari ceritanya merupakan
perjuangan tokoh utamanya menjalani kehidupan.
Kedua novel tersebut juga banyak memuat kata-kata
motivasi, baik disampaikan oleh tokoh maupun narator. Kedua penulis (Paulo
Coelho dan Prie GS) menyisipkan kata-kata motivasi untuk merangkai cerita serta
mendorong pembaca agar terpengaruh.
DAFTAR
PUSTAKA
Basnett, Susan. 1993. Comparative: a Critical Introduction.
Oxford: Blackwell.
Coelho, Paulo.
2009. The Alchemis. Penerjemah: Tanti Lesmana. Cetakan ketujuh.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra
Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.
GS, Prie. 2008. Ipung.
Jakarta: Republika.
Hutomo,
Suripan Sadi. 1993. Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan.
Surabaya: Gaya Masa.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Wellek, Rene dan Austin Warren.
1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
Komentar