PENGARUH NOVEL THE ALKEMIS KARYA PAULO COELHO TERHADAP NOVEL IPUNG KARYA PRIE GS


LATAR BELAKANG MASALAH
Krisis moneter di Asia Tenggara sejak tahun 1996 berdampak pada krisis perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia. Bahkan, krisis moneter tersebut juga menyebabkan krisis politik di Indonesia. Di samping itu pemerintahan rezim Soeharto atau biasa disebut Orde Baru menerapkan sistem Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara (sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan. Di sisi lain, setiap warga Negara yang melakukan protes akan dianggap sebagai musuh Negara (dicap komunis).
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang politik. Dalam bidang hukum, pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial. Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.
Negara-negara berkembang lainnya, seperti Brasil juga pernah mengalami hal yang sama. Sebelum tahun 1980, pemerintah Brasil menggunakan kekuatan militer sebagai otoritas mencengkeram kebebasan berpikir masyarakat. Sehingga, masyarakat Brasil melakukan transisi menuju demokrasi yang lebih baik. Hanya saja, proses transisi tersebut mengalami dampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi lambat dan Brasil mengalami krisis pangan.
Selanjutnya, masyarakat Brasil kehilangan jati dirinya sebagai bangsa. Kekerasan terjadi dimana-mana, pemerkosaan, perampokan, bahkan permasalahan paling utama adalah mental masyarakat yang semakin mengkhawatirkan. Dari kejadian tersebut, muncul seorang novelis bernama Paulo Coelho dengan karyanya The Alchemis. Novel yang menumbuhkan semangat hidup masyarakat Brasil. Novel yang secara inspiratif mengubah pandangan hidup orang Brasil.
Sedangkan di Indonesia, krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto. Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan. Dari kejadian tersebut melahirkan era reformasi untuk menggulingkan pemerintahan Soeharto.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi.
Masa reformasi tidak mampu membuat krisis ekonomi dan krisis sosial selesai. Bahkan, kejahatan di Indonesia semakin meningkat pesat. Bahkan, pemerintahan baru yang dipimpin BJ. Habibi dan dilanjutkan Gus Dur, dan kemudian Megawati banyak mendapatkan masalah. Hal tersebut yang menyebabkan masyarakat kehilangan jati diri, kehilangan kepercayaan diri sebagai bangsa. Maka, pada pasca reformasi banyak bermunculan motivator-motivator untuk menumbuhkan semangat hidup masyarakat. Sebut saja, Mario Teguh, Tsung Waringin, Andrie Wongso, Hari Subagja, dan sebagainya.
Di samping itu juga bermunculan novel-novel motivasi. Salah satunya adalah “Ipung” karya Prie GS yang terbit tahun 2008. Novel tersebut menceritakan seorang anak desa yang mempunyai impian besar, yaitu menjadi seorang intelektual. Dalam novel tersebut banyak memuat kata-kata bijak dan kata motivasi yang disampaikan tokoh yang bernama Wuryanto (Lik Wur). Sehingga, motivasi dari Lik Wur tersebut memantik semangat Ipung untuk berani bersaing dengan anak-anak kota.
Kemunculan novel “The Alchemist” dan “Ipung” disebabkan pergolakan yang terjadi di Negaranya masing-masing. Kedua novel tersebut diterbitkan setelah masa-masa transisi atau reformasi belum mampu untuk membuat keadaan ekonomi dan sosial membaik. Sehingga, dengan keadaan demikian masyarakat membutuhkan motivasi-motivasi agar kembali menemukan kepercayaan diri.
Dari uraian tersebut kiranya secara ide novel Ipung yang ditulis dan terbit pada tahun 2008 dipengaruhi oleh novel The Alchemist yang ditulis tahun 1982. Keadaan dan situasi yang melatarbelakangi ditulisnya novel Ipung sama persis seperti novel The Alchemist. Masyarakat Brasil hilang kepercayaan diri karena pertumbuhan perekonomian yang lamban pascatransisi, dan di Indonesia masyarakatnya hilang jati diri karena perekonomian yang terpuruk pasca reformasi.
Dari pemaparan tersebut, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh novel The Alkemis karya Paulo Coelho terhadap novel Ipung karya Prie GS.”

SASTRA BANDINGAN
Semua sastra memiliki persamaan dan perbedaan-perbedaan. Adanya persamaan dan perbedaan-perbedaan itu memunculkan studi untuk membandingkan dan mencari sebab-sebab timbulnya persamaan dan perbedaan. Menurut Bassnett (1993:12), nama sastra bandingan berasal dari suatu seri antologi Perancis yang terbit pada tahun 1816 dengan judul Cours de Litterature Comparee. Istilah dalam versi Jermannya Vergleichende Literaturgeschichte yang muncul pertama kali dalam buku karangan Moriz Carriere pada tahun 1854, sedangkan dalam bahasa Inggris diperkenalkan oleh Matthew Arnold pada tahun 1848.
Sastra bandingan dapat dikatakan masih muda. Pada awalnya studi sastra bandingan berasal dari studi bandingan ilmu pengetahuan, kemudian lahir studi bandingan agama, baru kemudian lahir sastra bandingan. Lahirnya sastra bandingan ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran bahwa sastra itu plural, tidak tunggal.
Basnett (1993:20) menambahkan bahwa istilah “comparative litterature” baru muncul pada zaman peralihan sewaktu negara-negara terjajah berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan dari kerajaan “Ottoman”, dari kerajaan Austro-Hungaria, dari Perancis dan Rusia. Negara yang baru terwujud, sehingga jati diri kebangsaannya tidak dapat dipisahkan dengan budaya nasional. Munculnya sastra bandingan bersamaan dengan munculnya jiwa nasionalisme pada zaman peralihan, yang pada saat itu negara-negara terjajah sedang mencari identitas mereka.
Menurut Wellek dan Warren (1989:40), istilah sastra bandingan pertama dipakai untuk kajian studi sastra lisan, cerita rakyat dan migrasinya, bagaimana dan kapan cerita rakyat masuk ke dalam penulisan sastra yang lebih artistik. Istilah sastrabandingan dalam hal ini, mencakup studi hubungan antara dua kesusastraan atau lebih. Sastra bandingan disamakan dengan studi sastra menyeluruh.
Menurut Hutomo (1993:15), secara ringkas sastra bandingan dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang mencakup tiga hal. Pertama, sastra bandingan lama, yakni sastra bandingan yang menyangkut studi naskah. Sastra bandingan ini, biasanya ditangani oleh ilmu Filologi. Kedua, sastra bandingan lisan, yakni sasata bandingan yang menyangkut teks-teks lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari satu generasi ke generasi dan dari satu tempat ke tempat lain. Teks lisan ini dapat berupa tradisi lisan, tetapi dapat diungkapkan dalam wujud sastra lisan (tradisi lisan yang berseni). Ketiga, sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan yang menyangkut teks sastra modern.
Menurut Hutomo (1993:5) pada dasarnya sastra bandingan itu berlandaskan sastar nasional suatu negara. Studi sastra bandingan menurut Hutomo (1993:11-12) melandaskan diri pada 3 hal yaitu: (a) Afinitas, yaitu keterkaitan unsur-unsur intrinsik (unsur dalaman) karya sastra, misalnya unsur struktur, gaya, tema, suasana yang terkandung dalam karya sastra, dan lain-lain, yang dijadikan bahan penulisan karya sastra. (b) Tradisi, yaitu unsur yang berkaitan dengan kesejarahan penciptaan karya sastra. (c) Pengaruh.
Walaupun secara garis besar ada tiga hal definisi atau pengelompokkan sastra bandingan tersebut, ternyata terdapat teori dan metode yang dapat dipergunakan oleh ketiganya, atau ketiganya dapat saling meminjam metode dan teknik penganalisisannya. Dengan begitu, ilmu sastra bandingan akan menjadi studi yang menarik dan bukan merupakan studi yang terbatas pada lingkungan tertentu saja.
Menurut Damono (2005:1; 2009:1), sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak dapat menghasilkan teori sendiri. Boleh dikatakan teori apapun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan objek dan tujuan penelitiannya. Dalam beberapa tulisan, sastra bandingan juga disebut sebagai studi atau kajian. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode perbandingan adalah yang utama.
Sastra bandingan mempunyai tujuan antara lain, untuk memperkokoh keuniversalan konsep-konsep keindahan universal dalam sastra, untuk menilai mutu sesuatu karya sastra sesuatu negara dengan memperbandingkannya dengan mutu karya-karya dari negara-negara lain, dan untuk meningkatkan mutu keindahan karya sastra sesuatu negara dalam bandingan dengan karya-karya sastra negara-negara di dunia.
Penelitian ini akan membandingkan dan mencari pengaruh antara novel The Alkemist karya Paulo Coelho dengan novel Ipung karya Prie GS. Paulo Coelho berasal dari Brasil dan Prie GS berasal dari Semarang, Indonesia.
MOTIVASI
Dari sekian banyak disiplin ilmiah di lingkungan ilmu-ilmu sosial, ilmu psikologi yang paling dekat dengan teori motivasi dan aplikasinya. Psikologi adalah ilmu yang berusaha mengukur, menjelaskan dan ada kalanya mengubah perilaku manusia. Para pakar psikologi dengan berbagai bidang spesialisasinya telah terbukti mampu memberikan sumbangan nyata terhadap pemahaman dan pendalaman perilaku individual yang sangat bermanfaat dalam memilih dan menentukan penggunaan teori motivasi yang paling tepat. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan yang ingin dicapai.
Siagian (2004:137) menyatakan bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Karena itulah terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditunjukkan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu disbanding dengan orang-orang lain yang menghadapi situasi yang sama. Bahkan  seseorang akan menunjukkan dorongan tertentu dalam menghadapi situasi yang berbeda dan waktu yang berlainan pula.
Walgito (2010:240) menyatakan bahwa motivasi itu mempunyai tiga aspek, yaitu (1) keadaan terdorong dalam diri organism (a driving state), yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan mental seperti berpikir dan ingatan, (2) perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan, (3) goal atau tujuan yang ingin dituju oleh perilaku tersebut.  Sedangkan menurut KBBI (2005) bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri  seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Jenis-jenis motivasi
(a)     Motif Fisiologis
Motif fisiolofis atau dorongan pada umumnya berakar pada keadaan jasmani, missal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual. Dorongan-dorongan tersebut adalah berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Apabila lapar, ada dorongan untuk makan, dan apabila haus ada dorongan untuk minum, dan sebagainya Walgito (2010:244)
(b)   Motif Sosial
Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Dikatan sosial karena motif ini dipelajari dalam kelompok sosial (sosial group). Motif sosial dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) kebutuhan akan prestasi, (2) kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, (3) kebutuhan akan kekuasaan Walgito (2010:248).
(c)      Teori kebutuhan dari Murraay
1.        Merendah atau merendahkan diri (abasement), yaitu menerima celaan atau cercaan dari orang lain. Merendahkan diri dalam menghadapi orang lain, menerima hukuman bila melakukan kesalahan.
2.        Berprestasi (achievement), yaitu motif yang berkaitan dengan untuk memperoleh prestasi yang baik, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, mengerjakan tugas-tugas secepat mungkin dan sebaik-baiknya.
3.        Afiliasi (affiliation), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan berteman, untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
4.        Agresi (aggression), yaitu motif yang berkaitan dengan sikap agresivitas, melukai orang lain, berkelahi, menyerang orang lain.
5.        Otonomi (autonomy), yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan kebebasan, bebas dalam menyatakan pendapat, ataupun berbuat, tidak menggantungkan kepada orang lain, mencari kemandirian.
6.        Counteraction, yaitu motif yang berkaitan dengan usaha untuk mengatasi kegagalan-kegagalan, mengadakan tindakan sebagai conternya.
7.        Pertahanan (defendance), yaitu motif yang berkaitan dengan pertahanan diri.
8.        Hormat (deference), yaitu motif yang berhubungan dengan rasa hormat, berbuat seperti apa yang diharapkan orang lain.
9.        Dominasi (dominance), yaitu motif yang berhubungan dengan sikap menguasai orang lain, menjadi pemimpin, membantah orang lain, ingin mendominasi orang lain.
10.    Ekshibisi atau pamer (exhibition), yaitu motif yang berkaitan dengan ekshibisi atau pamer, menonjolkan diri supaya dilihat orang lain, ingin menjadi pusat perhatian.
11.    Penolakan kerusakan (hermavoidance), yaitu motif berusaha menolak hal-hal yang merugikan, yang menyakitkan badan, menolak rasa sakit, menolak hal-hal yang merugikan dalam kejasmanian, menghindari hal-hal yang membahayakan.
12.    Infavoidance, yaitu motif yang berkaitan dengan usaha yang menghindari hal-hal yang memalukan, hal-hal yang membawa kegagalan.
13.    Memberi bantuan (nurturance), yaitu motif yang berkaitan dengan memberi bantuan atau menolong kawan atau orang lain, memperlakukan orang lain dengan baik, kasih sayang kepada orang lain.
14.     Teratur (order), yaitu motif untuk keteraturan, kerapian, menunjukkan keteraturan dalam segala hal.
15.    Bermain (play), yaitu motif yang berkaitan dengan bermain, relek, kesenangan, melawak, menghindari hal-hal yang menegangkan.
16.    Menolak (rejection), yaitu motif untuk menolak pihak lain, orang lain, menganggap sepi orang lain.
17.    Sentience, yaitu motif yang mencari kesenangan terhadap impresi yang melalui alat indera (sensuous impression).
18.    Sex (sex), yaitu motif yang berkaitan dengan kegiatan seksual.
19.    Bantuan atau pertolongan (succorance), yaitu motif yang berkaitan untuk memperoleh simpati atau bantuan orang lain, untuk bergantung pada pihak lain.
20.    Mengerti (understanding), yaitu motif untuk menganalisis pengalaman, untuk memilah konsep-konsep, mensintesiskan ide-ide, menemukan hubungan satu dengan yang lain.

PENGARUH IDE
Kemunculan novel “The Alchemist” dan “Ipung” disebabkan pergolakan yang terjadi di Negaranya masing-masing. Kedua novel tersebut diterbitkan setelah masa-masa transisi atau reformasi belum mampu untuk membuat keadaan ekonomi dan sosial membaik. Sehingga, dengan keadaan demikian masyarakat membutuhkan motivasi-motivasi agar kembali menemukan kepercayaan diri.
Novel The Alchemist dengan tokoh utama Santiago menceritakan kesederhanaan dan kegigihan seorang laki-laki untuk meraih impian yang diperoleh dari ilham (mimpi). Namun dibalik cerita tersebut terdapat tulisan-tulisan yang mengagumkan. Di dalammya terdapat pemikiran-pemikiran filosofis tentang kehidupan, cinta dan perjuangan serta istilah-istilah yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari.
Novel Ipung dengan tokoh utama Ipung menceritakan kesederhanaan dan kegigihan seorang remaja laki-laki untuk meraih cita-citanya. Bahasa yang digunakan sederhana. Setiap kata yang menggunakan bahasa daerah mudah diartikan karena arti kata tersebut tertulis dibawah. Terdapat kata-kata mutiara yang menjadi pedoman ditiap akhir bab. Namun dibalik bahasa sederhana tersebut terdapat hal yang mengagumkan. Di dalammya terdapat pemikiran-pemikiran filosofis tentang kehidupan, cinta dan perjuangan serta istilah-istilah yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari.
Dari uraian tersebut kiranya secara ide novel Ipung yang ditulis dan terbit pada tahun 2008 dipengaruhi oleh novel The Alchemist yang ditulis tahun 1982. Keadaan dan situasi yang melatarbelakangi ditulisnya novel Ipung sama persis seperti novel The Alchemist. Di Brasil masyarakatnya hilang kepercayaan diri karena pertumbuhan perekonomian yang lamban pasca transisi, dan di Indonesia masyarakatnya hilang jati diri karena perekonomian yang terpuruk pasca reformasi. Sehingga, kedua novel tersebut banyak memuat kata-kata motivasi untuk pembacanya. Tujuannya, agar pembaca kembali menemukan kepercayaan diri serta jati dirinya.


PENGARUH GENRE
Secara genre kedua novel tersebut sama, yaitu novel motivasi. Kedua novel tersebut mengangkat permasalahan remaja yang mencari jati diri untuk meraih impian. Perjalanan meraih impian terdapat ujian-ujian hidup yang dialami tokoh utama. Tetapi, tokoh utama dalam dua novel tersebut mempunyai motivator untuk membangkitkan semangat hidup.
Novel The Alchemis, tokoh utama (Santiago) berkeinginan untuk memenuhi mimpi yang diperoleh dari ilham (mencari harta karun). Sedangkan novel Ipung, tokoh utama (Ipung) berkeinginan untuk memenuhi impiannya (cita-cita). Kedua novel tersebut merupakan bentuk motivasi terhadap masyarakat untk mengembalikan kepercayaan diri.

PENGARUH MOTIF
Novel Ipung juga dipengaruhi secara isi, yaitu banyak memuat kata-kata motivasi yang sebenarnya ditujukan kepada pembaca. Motivasi-motivasi tersebut, baik yang dinyatakan oleh tokoh maupun narrator bertujuan untuk membangkitkan kepercayaan diri masyarakat dari keterpurukan.
Novel The Alchemist, tokoh yang banyak mengatakan kata-kata bijak yang penuh motivasi adalah Sang Raja (Melkeisidek), walaupun ada beberapa yang dari Santiago. Kutipannya sebagai berikut.
*) "Dusta terbesar itu: Bahwa pada satu titik hidup kita, kita kehilangan kendali atas apa yang terjadi pada kita dan hidup kita jadi dikendalikan oleh nasib" - Sang Raja

*) "Takdir adalah apa yang selalu ingin kaucapai. semua orang, ketika masih muda, tahu takdir mereka, pada titik kehidupan itu, segalanya jelas, segalanya mungkin. Mereka tidak takut bermimpi, mendambakan segala yang mereka inginkan terwujud dalam hidup mereka. tapi dengan berlalunya waktu, ada daya misterius yang mulai meyakinkan mereka bahwa mustahil mereka mewujudkan takdir tersebut" - Sang Raja

*) "Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membatumu meraihnya" - Sang Raja

*) "Di masa-masa awal kehidupan mereka, manusia sudah tahu alasan keberadaan mereka, barangkali ini juga sebabnya mereka menyerah terlalu cepat, tapi memang begitulah adanya" - Sang Raja

*) Kalau kau memulai dengan menjanjikan sesuatu yang belum kau miliki, kau akan kehilangan hasratmu untuk berusaha memperolehnya - Sang Raja

"Bukan cinta namanya kalau hanya berdiam diri saja seperti padang pasir, atau menjelajahi dunia seperti angin. Bukan pula cinta namanya, kalau hanya memandang segala sesuatu dari kejauhan seperti matahari. Sebab saat kita mencintai, kita selalu berusaha menjadi lebih baik – Santiago

Sedangkan dalam novel Ipung, tokoh yang banyak mengungkapkan kata-kata bijak dan motivasi adalah Lik Wur (Paman Ipung). Di samping itu narator juga ada beberapa yang mengungkapkan kata-kata motivasi. Berikut kutipannya.
*) Dan cobaan tak cuma duka derita. Ia juga bisa berupa senang dan bahagia (hal, 18)
*) Menjadi bandit yang sukses atau orang pinter yang sukses, kotalah tempatnya (Lik Wur, 20).
*) Hidup bukan rangkaian kemustahilan (20)
*) Cinta tak cuma ditunggu, tetapi juga direbut (32)
*) Hidup ini keras. Dan tubuh kerempeng bukan jaminan  harus kalah melawan hidup (Lik Wur, 37)
*) Tak semua cabang hidup harus kita menangkan (Lik Wur, 41)
*) Wanita memang suka bikin bahagia. Tapi ingat atur waktunya. Masih banyak persoalan hidup yang lebih besar, katimbang sekadar wanita (Lik Wur, 42).
Dengan demikian, sebagai kesimpulan terakhir bahwa novel Ipung karya Prie GS banyak dipengaruhi oleh novel The Alchemist karya Paulo Coelho. Dua novel tersebut muncul dengan latar belakang yang sama, yaitu pergolakan perekonomian dan sosial di negaranya masing-masing. Prie GS berhasil menangkap keberhasilan Paulo Coelho untuk mengubah pandangan hidup masyarakat Brasil menjadi lebih baik. Sehingga, Prie GS menulis novel dengan genre yang sama karena alasannya keadaan dan situasi yang sama.
Tujuan dari kedua novel tersebut juga sama, yaitu menumbuhkan semangat hidup, kepercayaan diri, dan mencari jati diri sebagai bangsa. Hal tersebut dapat dibaca pada kutipan motivasi-motivasi yang terdapat dalam kedua novel tersebut.

SIMPULAN
Kemunculan novel “The Alchemis” dan “Ipung” disebabkan pergolakan yang terjadi di Negaranya masing-masing. Kedua novel tersebut diterbitkan setelah masa-masa transisi atau reformasi belum mampu untuk membuat keadaan ekonomi dan sosial membaik. Sehingga, dengan keadaan demikian masyarakat membutuhkan motivasi-motivasi agar kembali menemukan kepercayaan diri.
Novel The Alchemist karya Paulo Coelho memengaruhi novel Ipung karya Prie GS, baik secara ide, genre, maupun motif. Secara ide novel The Alchemis dengan tokoh utama Santiago menceritakan kesederhanaan dan kegigihan seorang laki-laki untuk meraih impian yang diperoleh dari ilham (mimpi). Sedangkan, Novel Ipung dengan tokoh utama Ipung menceritakan kesederhanaan dan kegigihan seorang remaja laki-laki untuk meraih cita-citanya.
Secara genre novel The Alchemis karya Paulo Coelho dan memengaruhi novel Ipung karya Prie GS merupakan novel motivasi untuk masyarakat, karena inti dari ceritanya merupakan perjuangan tokoh utamanya menjalani kehidupan.
Kedua novel tersebut juga banyak memuat kata-kata motivasi, baik disampaikan oleh tokoh maupun narator. Kedua penulis (Paulo Coelho dan Prie GS) menyisipkan kata-kata motivasi untuk merangkai cerita serta mendorong pembaca agar terpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA
Basnett, Susan. 1993. Comparative: a Critical Introduction. Oxford: Blackwell.
Coelho, Paulo. 2009. The Alchemis. Penerjemah: Tanti Lesmana. Cetakan ketujuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Damono, Sapardi Djoko. 2005. Pegangan Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa.
GS, Prie. 2008. Ipung. Jakarta: Republika.
Hutomo, Suripan Sadi. 1993. Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan. Surabaya: Gaya Masa.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

Komentar