Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi
menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas (QS. An Naba’:
21 – 22).
Salah
satu perintah serius di dalam Islam, yaitu mengenal batas. Seseorang yang tidak
mengenal batasnya, Al-Quran menyebut berulangkali dengan “orang-orang yang
melampaui batas”. Allah tidak menyukai dan mengancam orang-orang yang melampaui
batas seperti kutipan surat An Naba’ ayat 21 – 22 di atas, bahkan dalam urusan
berdoa kepada-Nya, “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara
yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas,” (QS. Al A’raaf: 55). Selain mengajarkan manusia untuk berdoa secara
lemah lembut, ayat tersebut juga memberi ajaran kepada kita bahwa kepada sesama
manusia dan kepada semua mahkluk Allah diwajibkan untuk berlemah lembut. Kepada
siapa yang mengindahkan ajaran tersebut, maka tidak berbahagialah dia. “Sesungguhnya
dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas
di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih,” (QS. Asy
Syuura: 42). Sebaliknya,
bagi mereka yang memiliki kelembutan akan senantiasa dilimpahi kebahagiaan.
Sudah pasti bahwa apa
yang kamu seru supaya aku (beriman) kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan
apapun baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya kita kembali kepada
Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni
neraka (QS. Al Mu’min: 43).
Banyak
orang mengartikan, bahwa merdeka adalah kebebasan atau tidak mengenal batas.
Padahal, arti sebuah merdeka adalah ketika seseorang mampu mengenali batasnya,
sehingga tunduk dan patuh dengan ikhlas atas perintah dan larangan-larangan
Allah. Perintah dan larangan-larangan Allah tentu untuk kebaikan hidup manusia
itu sendiri. Seseorang yang sudah bisa memahami hal tersebut, maka ia dapat
disebut dengan manusia merdeka. Buah dari kemerdekaan, yaitu kebahagiaan.
Kebahagiaan lahir dan kebahagiaan batin, karena selalu dekat dengan Allah dan
senantiasa berjalan di jalan Allah. Seseorang yang mampu melaksanakan
perintah-perintah Allah, maka ia akan dikaruniai ketenangan dan kebahagiaan,
baik secara ragawi maupun rohani. Apabila, seseorang lalai dari perintah Allah,
maka ia akan dirundung kecemasan dan ketidaktenangan dalam hidupnya. Itulah
yang disebut manusia belum menemukan kemerdekaan.
Sekali
lagi, inti dari kemerdekaan diri ketika manusia mampu mengenali batas dirinya.
Mengenali batas salah satu syaratnya, yaitu patuh dan taat dengan ikhlas akan
perintah-perintah Allah, dan Allah berfirman, “Allah
tidak membebani seseorang kecuali dalam batas kemampuannya” (QS. Al Mu’minuun:
62). Allah juga berpesan, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, tidak
menghendaki kesulitan” (Q. Al Baqarah: 185). Itu semua agar manusia dapat hidup
bahagia, di dunia dan akhirat. Di sisi lain, apabila kita membaca dua ayat
tersebut dengan penuh perenungan, maka dua ayat itu mengajarkan kita untuk
mengenali batas orang lain. Kita tidak bisa memaksakan kepada orang lain
sesuatu yang seseorang tersebut tidak dapat mengerjakannya. Maka ada ungkapan,
“Kalau perintah kamu ingin dipatuhi, maka lihatlah kemampuan orang yang kamu
perintah”.
Mengenali
batas diri begitu penting, apalagi hidup di zaman sekarang yang penuh tipu
daya. Pengenalan terhadap batasan diri selain untuk mengenal lebih dekat Allah,
juga untuk membentengi diri dari hal-hal yang negatif. Seseorang tidak akan
mudah terjerumus jika ia mampu mengenali batas dirinya. Mampu mengenal batas
diri bisa disebut golongan orang-orang yang beriman. Orang beriman itulah orang
yang merdeka dan selalu dilimpahi keberuntungan dalam hidup. Allah berfirman, “Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman (QS. Al Mu’minuun: 1), yaitu orang-orang
yang kusyu’ dalam salatnya, orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan
perkataan yang tiada berguna, orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya. Itulah orang-orang yang mampu mengenal
batas dirinya. Itulah orang-orang yang merdeka dan selalu beruntung karena
limpahan-limpahan karunia Allah yang tidak bisa digantikan dengan apapun.
Semoga kita semua mampu mengenal batas diri agar menjadi orang yang merdeka dan
beruntung.
Komentar