MENEPATI JANJI


Setiap orang pasti pernah memiliki janji, baik kepada keluarga, sahabat, bahkan kepada diri sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, janji merupakan ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Janji juga dapat dimaknai persetujuan atau kesepakatan yang harus ditepati. Seringkali kita mendengar bahwa ada ungkapan “ingkar janji”, berarti janji yang tidak ditepati oleh seseorang. Janji yang tidak ditepati akan menghasilkan kerugian terhadap pihak lain, maupun diri sendiri. Keluarga atau saudara bisa pecah disebabkan sebuah janji yang tidak ditepati tersebut. Dua orang sahabat bisa bertengkar karena salah satunya mengingkari janjinya. Begitu penting kedudukan janji bagi kehidupan manusia, maka setiap manusia harus senantiasa berhati-hati.
            Berhati-hati di sini, setiap manusia seyogyanya mampu mengukur kemampuannya agar tidak mudah mengucapkan janji. Maka dari itu, di dalam Islam diajarkan mengucapkan “Insyaallah” atau jika Allah menghendaki, karena hanya Allah yang Maha mempunyai kekuatan dan Allah yang tidak pernah mengingkari janjinya. “Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji -Nya, ataukah kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (QS. Al-Baqarah:80).
            Allah juga mengingatkan melalui Al-Quran, bahwa manusia seringkali mengingkari janjinya. Bani Israil dijadikan contoh agar manusia selalu mengingat dan berhati-hati akan janjinya. “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling,” (QS. Al-Baqarah:83). Begitulah, kisah Bani Israil yang terdapat dalam Al-Quran menjadi media pembelajaran bagi kita semua.
            Kelak semua janji akan dimintai pertanggung jawaban, baik dalam waktu dekat maupun entah kapan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa dampak dari ingkar janji bisa mengakibatkan pertengkaran, dan bahkan permusuhan. Dua sahabat yang akrab bisa berubah menjadi musuh apabila salah satunya mengingkari janji. Permusuhan dua sahabat yang dulunya akrab tersebut dapat dikatakan sebagai pertanggung jawaban pihak yang ingkar janji. Tidak hanya itu, kelak apabila seseorang yang ingkar janji belum meminta maaf kepada sahabat yang disakitinya itu, maka Allah yang akan memberikan hukuman. “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji ; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya,” (QS. Al-Israa:34).
            Setelah mengucapkan syahadat, seorang muslim secara otomatis memiliki janji yang harus ditepati, karena seorang muslim terikat dengan perintah Allah. Perintah itu antara lain menunaikan salat lima waktu, berkewajiban berpuasa Ramadan, membayar zakat, dan menunaikan haji bagi yang mampu. Apabila perintah itu tidak dikerjakan, maka seorang muslim sama saja dengan mengingkari janjinya sebagai seorang muslim. Seseorang yang tidak mengerjakan perintah tersebut, di dunia ini akan mengalami berbagai kecemasan hidup, ketakutan karena azab Allah di kelak kemudian. “dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat,” (QS. Al-An’aam:152). Maksud dari “penuhilah janji Allah”, yaitu laksanakan segala perintah-perintah Allah.
            Janji seringkali diibaratkan sama dengan hutang. Bagi siapa yang mempunyai hutang wajib untuk membayar. Bagi manusia siapapun yang tidak membayar hutangnya, maka akan menimbulkan kegelisahan. Begitu juga dengan janji, apabila seseorang tidak bisa menepatinya, maka ia akan dirundung kegelisahan berkepanjangan. Kegelisahan ini akan mengganggu stabilitas kehidupannya. Hasilnya, di tempat kerja tidak tenang, di rumah tidak tenang, atau bahkan dimanapun ia berada akan merasakan ketidaktenangan dan kecemasan. Penuhilah janji yang pernah diucapkan dan lunasilah hutang, maka hidup akan menjadi tenang dan penuh kegembiraan.
Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman. Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk (QS. Ar-Ra’d:18-21).

Sidoarjo. 10 Desember 2016

Komentar