A.
PENDAHULUAN
Revolusi
industri yang terjadi di Eropa pada abad 19, selain berdampak positif pada
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan intelektual masyarakatnya, juga berdampak
negatif terhadap sistem sosial. Perkembangan perekonomian di Eropa berdampak
negatif terhadap kesenjangan sosial masyarakatnya. Kesenjangan terjadi antara
pemiliik modal – yang biasa disebut kaum borjuis – dengan kaum buruh – yang
biasa disebut kaum proletar. Pemilik modal (borjuis) menekan para buruh
(proletar) dengan cara, memberi jam kerja yang sangat lama, upah kecil,
mengubur potensi buruh, dan berdampak pada kehidupan sosial para buruh.
Pada saat itu, kondisi-kondisi dan
kemungkinan-kemungkinan teknis sudah berkembang dan mengubah proses produksi
industrial, tetapi struktur organisasi proses produksi dan struktur masyarakat
masih bertahan pada tingkat lama yang ditentukan oleh kepentingan-kepentingan
kelas atas. Jadi, banyak orang yang dibutuhkan untuk bekerja, tetapi hanya sedikit
yang mengemudikan proses produksi dan mendapat keuntungan. Tujuan dari
sistem kerja demikian, membuat manusia jauh dari sifat kemanusiaannya,
sehingga terjadi keterasingan manusia dari harkatnya dan dari buah atau hasil
kerjanya
Maka
dari itu Karl Marx beserta Fredick Angel melakukan protes melalui teori yang
dikenal dengan Teori Marxisme. Marx menganggap bahwa para buruh hanya diprogram
untuk bekerja dan bekerja untuk mendapatkan upah yang kecil, sehingga
menguntungkan para pemilik modal. Selain itu, para buruh setiap harinya diprogram
melakukan aktivitas kerja yang sama, dan setelah mendapatkan upah mereka
menghabiskannya untuk berbelanja (masyarakat konsumtif). Pemikiran Karl Marx
tersebut ditopang dari latar belakang kehidupannya sendiri, yaitu hidup di tengah pertumbuhan industri yang
berbasis kapitalis.
Berdasarkan pengalaman hidupnya itu,
Marx melihat kelas sosial yang tercipta berdasarkan hubungan kerja yang
terbangun antara para pemilik modal dengan buruh bertentangan dengan prinsip
keadilan. Adanya kelas sosial yang menciptakan hubungan yang tidak seimbang
tersebut, membawanya pada pemikiran ekstrem, yaitu penghapusan kelas sosial.
Konsep Marx tentang lahirnya masyarakat tanpa kelas dinilai utopis. Hal ini
terutama dihadapkan pada dimensi kodrati manusia yang lahir dengan kekhasan dan
keberagaman dalam segala hal, termasuk dalam tinjauan kelas-kelas sosial.
Namun, preperensi tersebut justru menjadi inspirasi bagi manusia untuk memaknai
hidupnya sebagai sebuah perjuangan, perjuangan untuk memperbaiki nasib, untuk
hidup yang lebih baik.
B.
SISTEM
KAPITALISME
Inti dari pemikiran
Marx yaitu mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai
hidupnya. Pemikiran Marx tidak hanya kritis terhadap kaum borjuis, tetapi juga
kamu proletar. Maksudnya, kaum proletar diajak kritis untuk menyikapi
permasalahan hidupnya. Perusahaan-perusahaan
yang mempekerjakan buruh dengan jam kerja yang sangat panjang setiap hari, yang
sifatnya paten dan dengan upah yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang
diperoleh para buruh, bahkan hanya cukup membiayai makan sehari. Sistem
kapitalisme telah membawa alam kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan
atau biasa disebut alienasi.
Menurut Marx ada beberapa aspek utama yang membuat kaum
buruh teralienasikan sisi kemanusiaannya di bawah kapitalisme. Pertama, alienasi produk, yang terlihat dari pola pekerja yang memproduksi
sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau memiliki obyek
tersebut. Kedua, alienasi aktivitas produksi, maksudnya pembagian
kerja kapitalis yang secara tipikal telah membawa pekerja pada degradasi
keahlian (deskilling), setiap individu direduksi hanya pada satu tugas
yang repetitif dan tidak perlu memakai otak, mereka tidak beda dengan mesin,
diprogram untuk membuat gerakan yang sama berulang-ulang.
Marx menganggap tidak hanya alienasi produk dan alienasi
aktivitas produksi yang memenjarakan kreativitas kaum proletar, tetapi masih
ada alienasi esensi-spesies dan alienasi waktu. Ketiga, alienasi esensi-spesies, bahwa di bawah kapitalisme, mayoritas perkerja tidak dapat
menikmati ciri-ciri khas manusiawinya. Mereka berproduksi setengah hari
mempertaruhkan seluruh kemampuan didorong untuk dan dari bekerja. Bagi Marx
para pekerja baru merasa menjadi manusia ketika mereka tidak bekerja. Keempat, alienasi waktu, dimana bekerja
dengan jam kerja yang panjang, para buruh sangat susah memperoleh waktu untuk
berinteraksi dengan orang lain, bahkan terkadang waktu untuk keluarga pun
tereduksi oleh pekerjaan.
Berdasarkan emapt aspek tersebut, bahkan menurut Marx,
kaum buruh hanya menganggap dirinya orang yang pergi bekerja untuk mendapatkan
uang, kemudian pergi ke toko dan menghabiskannya, pada titik ekstrem
mengarahkan kaum buruh menjadi masyarakat konsumtif. Maksudnya, kaum buruh
secara tidak sadar digiring pada tataran kemanusiaan yang rendah, yaitu
bekerja, mendapat upah, dan menghabiskannya untuk berbelanja. Menyadari hal
yang demikian Marx memberikan formula untuk mengatasi permasalahan kesenjangan
ini. Marx membahasakan formula tersebut sebagai determinasi. Determinasi ini di
dalam dunia politik biasa disebut dengan rekonsiliasi.
C.
MARXISME
MENGGUGAT KAPITALISME
Determinasi merupakan
sebuah dialektika yang dimangun oleh Marx. Determinasi bisa disebut dialektika pemikiran Marx dalam menggugat kapitalisme.
Marx memaparkan dua konsep penting dalam gugatannya, yaitu determinasi ekonomi dan determinasi
sosial. Dalam determinisme ekonomi, Marx menyatakan bahwa faktor ekonomi
adalah penentu fundamental bagi struktur dan perubahan masyarakat. Sedangkan
dalam determinasi sosial, menyentuh mekanisme perubahan (change), yang menurut
pandangan Marx, perubahan sosial itu harus dipahami dalam arti tiga fase atau
tahap yang selalu tampak. tahapan tersebut merupakan skema dialektik, yang
idenya dipinjam dari seorang filsuf Jerman, George Hegel (1770-1831). (1) tesis
(affirmation); (2) antitesis (negation), dan (3) sintesis (reconciliation of oppsites).
Ketimpangan hubungan ekonomi (determinisme ekonomi)
bagi Marx telah menjadi faktor penting dalam menata sturktur dan
perubahan masyarakat. Tambahan mengenai mekanisme perubahan
meliputi tiga fase (tesis, antitesis, dan sintesis) yang ia kutip dari Hegel,
semakin menguatkan gagasannya mewujudkan masyarakat tanpa kelas, sebagai sebuah
sintesis antara sistem feodal dan kapitalisme. Visi Marx untuk mewujudkan
masyarakat tanpa kelas merupakan gambaran praksis dari ide dasar materialisme
sosialisnya. Sistem feodal yang tergantikan oleh sistem kapitalis telah membawa
perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Marx yakin suatu saat, kapitalisme
akan menemui kehancuran dan melahirkan sintesis, komunis sebagai ideologi
kekuatan baru, masyarakat tanpa kelas.
DAFTAR BACAAN
Engels.
2006. Tentang Kapital Marx. Bandung: Akatiga.
Lukas,
George. . Dialektika Marxis.
Ritzer, George dan Douglas J.
Goodman. 2011. Teori Marxis dan Berbagai Ragam Teori Neo-Marxian.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Komentar