Kata takwa sangat
populer di telinga kita, bahkan seringkali diucapkan oleh setiap manusia. Akan
tetapi kata takwa bisa jadi belum populer dalam pengertian yang sesungguhnya,
dan belum banyak pula manusia yang mengamalkankannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dari segi kebahasaan, pada mulanya “takwa” bermakna menghindar.
Apapun yang kita hindari, maka dari itu kita telah bertakwa terhadap sesuatu
hal yang telah dihindari tersebut. Bertakwa kepada Allah dalam arti mengindari
larangan-Nya, menghindari murka-Nya, menghindari ancaman-Nya. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, takwa adalah (1) terpeliharanya diri untuk tetap taat
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; (2) keinsafan
diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; (3) kesalehan hidup.
Ada yang memberikan
ilustrasi tentang ketakwaan dengan melontarkan pertanyaan “bagaimana kamu melakukan
jika berjalan di suatu jalan yang penuh duri, dan di samping kanan kirinya
terdapat jurang yang curam?” kemudian
pertanyaan itu dijawab, “Aku akan selalu berhati-hati”. Kesimpulannya, dalam
hidup ini kita harus berhati-hati jangan sampai terkena duri jalanan atau
terjatuh di jurang yang curam. Maksudnya, setiap manusia berkewajiban
berhati-hati dalam menjalani kehidupan dengan cara senantiasa ingat akan
perintah dan larangan Allah, agar segala sesuatu yang dijalaninya mendapat rida
dari Allah.
Takwa ada dua macam,
yang pertama takwa yang berkaitan dengan duniawi; dan yang kedua takwa yang berkaitan
dengan urusan ukhrawi, karena perintah Allah ada yang berkaitan dengan urusan
duniawi, dan perintah yang dampaknya akan kita temukan di akhirat kelak. Allah
meralang kita untuk makan makanan yang kotor, karena dapat menyebabkan
penyakit. Orang bertakwa tidak akan makan makanan yang kotor. Allah melarang
kita untuk bermalas-malasan, karena orang yang malas akan jatuh miskin. Orang
yang bertakwa adalah yang giat, rajin, dan bekerja keras. Kedua contoh tersebut
merupakan aspek duniawi. Adapun aspek ukhrawi yaitu, Allah memerintahkan kita salat.
Siapa yang tidak salat tidak akan mendapatkan balasannya di dunia, balasannya
akan didapatkan di akhirat nanti. Begitu juga dengan yang salat, biarpun orang
yang salat mendapatkan ketenangan di dunia, ganjarannya baru ditemukan di
akhirat. Orang yang bertakwa adalah yang memperhatikan kedua aspek ini, yakni
aspek duniawi dan aspek ukhrawi.
Takwa adalah kata yang
menggambarkan segala macam kebajikan. Allah menggambarkan berbagai cara agar
manusia dapat meraih ketakwaan. Al-Quran menyebutkan sekian banyak cara untuk
meraih ketakwaan. “Berlaku adillah, karena itulah jalan yang paling dekat
menuju takwa”(QS, Al Maa’idah: 8). Adil adalah menempatkan segala sesuatu pada
tempatnya. Adil adalah memberikan orang lain haknya dengan cara, jalan, dan
waktu yang sesingkat-singkatnya. Jika kita memberikan haknya tetapi
memperlambatnya, berarti kita tidak berlaku adil. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, adil berarti berpegang teguh pada kebenaran.
“Memaafkan adalah jalan
yang paling dekat untuk meraih takwa (Lihat Al-Quran Surat Ali ‘Imran:134; An
Nisaa’:149; Al Maa’idah:13). Maafkanlah kesalahan orang lain, hapus dan
lupakan. Hal tersebut akan mengantar seseorang bertakwa serta akan meraih
kedudukan tinggi di sisi Allah. Memang tidak mudah memaafkan orang yang pernah
bersalah kepada kita, tetapi jika kita berusaha sekuat hati dan mengingat bahwa
Allah juga Maha Pengampun, maka bukan tidak mungkin Allah akan membuka
kelapangan hati kita untuk memaafkan kesalahan orang lain yang pernah berbuat
salah kepada kita.
“Dan barang siapa
mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan
hati” (QS, Al Hajj:32). Agungkanlah lambang-lambang Allah, syi’ar-syi’ar agama.
Mengagungkannya dengan merasakan kebesaran Allah. Ketika itu jalan tersebut
mengantar seseorang untuk meraih ketakwaan. Allah menjanjikan “Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS, Ath
Thalaaq:2-3). Siapa yang bertakwa kepada Allah akan dipermudah persoalannya.
Siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.
Tanda-tanda orang
bertakwa, di antaranya apabila berjalan tidak membawa fitnah, yang kalimat-kalimatnya
melipur lara, apabila beruntung dia bersyukur, kalau terkena musibah dia
bersabar, kalau ditegur akan menyesal dan segera mengoreksi perilakunya, dan
kalau dimaki akan tersenyum, sambil memaafkan siapa yang memakinya. Maka dari
itu, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS, Al
Baqarah:197).
Komentar