Dalam
kehidupan manusia, banyak sekali hal yang tidak disukai tetapi tetap terjadi.
Banyak peristiwa yang tidak disukai namun ia nyata dan harus dihadapi. Tidak
ada seorang pun yang mampu menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan
itu, karena semua yang terjadi sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Ada yang
mengatakan bahwa sebuah peristiwa tidak menyenangkan merupakan musibah. Musibah
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kejadian menyedihkan yang menimpa
atau peristiwa yang berupa malapetaka. Musibah bisa menimpa suatu masyarakat
atau juga bisa menimpa seseorang secara pribadi.
Musibah yang dialami manusia
merupakan akibat dari ulah manusia itu sendiri. Musibah sebagai azab telah
ditegaskan sejak lama langsung oleh Al-Quran. Jadi musibah merupakan fakta yang
diakui Islam. Bukan cuma diakui, tetapi ditekankan, karena jangankan musibah,
selembar daun gugur pun tak ada yang lepas dari perhitungan Tuhan. Bahkan,
seorang saleh, begitu melihat musibah langsung bertanya: “Kemaksiatan apa yang
sedang berlangsung di wilayah ini?”. Allah berfirman “Dan
apa saja musibah
yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (QS. Asy
Syuura’:30).
Sebagai contoh, seseorang yang
menjaga pola makannya akan jatuh sakit, orang yang tidak berhati-hati dalam
berkendara akan mengakibatkan kecelakaan, masyarakat yang tidak menjaga sungai
akan mengakibatkan banjir, dan masih banyak contoh yang lain. Semua akibat
tersebut sebenarnya tidak diinginkan dan bahkan tidak disukai oleh manusia,
tetapi manusia enggan untuk mengoreksi perilakunya sehari-hari. Apabila
akibat-akibat tersebut menimpa, manusia seringkali menyalahkan sesuatu di luar dirinya
atau banyak yang putu asa. Allah berfirman “Dan apabila Kami rasakan sesuatu
rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila
mereka ditimpa suatu musibah
(bahaya) disebabkan kesalahan yang telah
dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa” (QS.
Ar Ruum:36). Berdasarkan hal tersebut, seyogyanya manusia harus senantiasa
berhati-hati dalam menjalani kehidupan, agar tidak berputus asa dan menyesal di
kemudian hari.
Kedua, peristiwa yang tidak disukai
manusia tetapi tetap terjadi banyak yang mengatakan sebagai ujian. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, ujian adalah percobaan untuk mengetahui mutu,
kecakapan, dan ketahanan seseorang. Banyak yang berkata: hidup ini tak lain
kecuali ujian dari Allah SWT. Ujian untuk meningkatkan derajat manusia di sisi
Allah SWT. Manusia
yang diuji merupakan manusia yang sedang disiapkan untuk menjadi lebih
produktif. Setiap ujian produktivitas yang ditujukan kepada manusia itu memang
berat. “Menyempitkan dada” begitu kata agama. Akan tetapi lihatlah hasil ujian
itu, selalu makin melapangkan dada hasilnya. Jauh lebih lapang dari sebelumnya.
Maka dari itu, ujian hidup harus dijalankan dengan penuh keikhlasan, agar
menuai kebaikan-kebaikan, baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Dan siapakah yang lebih baik agamanya
dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya (QS. An Nisaa’:125).
Merenungi
peristiwa-peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim a.s. kita bisa belajar untuk
menjalankan segala sesuatu dengan ikhlas. Allah berfirman “Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia".
Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “Janji-Ku
(ini) tidak mengenai orang yang zalim” (QS. Al Baqarah:126). Ujian
terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah
dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan
lain-lain. Nabi Ibrahim a.s. melakukan semua itu dengan ikhlas dan sabar,
makanya Allah mengabulkan doa Nabi ibrahim a.s., karena banyak di antara
rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.
Intinya, tidak ada seorang pun yang
tidak mendapatkan ujian, karena Allah yang mempunyai sifat Maha Pengasih dan
Penyayang ingin manusia naik derajatnya. Maka dari itu, hendaknya manusia sadar
bahwa yang dialaminya, baik keburukan maupun kenikmatan merupakan ujian
dari-Nya. Banyak manusia yang menganggap bahwa ujian itu hanya diturunkan
berupa keburukan. Padahal, banyak manusia yang lalai apabila mendapatkan kenikmatan
dan lupa bersyukur, sehingga dalam menjalani kehidupan tidak berhati-hati.
Akibatnya, seperti yang dijelaskan sebelumnya, jika manusia tidak berhati-hati
dalam menjalani kehidupan dapat mengakibatkan musibah yang akan menimpanya,
atau bahkan menimpa masyarakat di sekitarnya. Berhati-hatilah dalam menjalankan
hidup dan ikhlaslah dengan apa yang diturunkan Allah, maka kebaikan-kebaikan
akan menyertai.
Komentar