JADILAH PENENANG


Akhir-akhir ini seringkali kita mendengar orang-orang di sekitar mengeluh. Bisa karena permasalahan perekonomian, bisa masalah keluarga, ada yang mengeluh karena hiruk pikunya jalan raya, bisa keluhan itu datangnya dari tempat kerja, dan bahkan ada yang mengeluh tentang tatanan Negara yang semakin mengawatirkan. Hal tersebut juga dialami oleh banyak pemuda. Ada yang mengeluh karena uang jajan yang kurang, ada yang mengeluh tentang pelajaran, ada yang mengeluh dengan tidak pasti akar permasalahannya, dan sebagainya. Apabila semua menjadi pihak yang mengeluh, lantas siapa yang akan menjadi pihak penenang?
            Jika di dalam masyarakat tidak ada pihak yang di dapuk sebagai penenang, maka masyarakat tersebut akan menjadi rapuh. Bahkan bisa jadi akan menyulut pertengkaran yang tidak tahu pangkal ujungnya. Begitu juga dengan sebuah keluarga. Hendaknya di dalam keluarga ada seseorang yang dijadikan tempat rujukan untuk menerima keluhan. Bisa seorang bapak, ibu, kakak tertua, atau bahkan anak paling kecil. Apabila tidak ada, dampak yang akan ditimbulkan bisa berbahaya.
            Dulu ketika masih banyak tanah lapang, seseorang bisa mencurahkan semua isi hatinya dengan berteriak. Pada zaman sekarang rasanya sangat sulit untuk mencari tanah lapang, karena hampir semua tanah lapang sudah berisi bangunan. Bahkan, katanya global warming yang melanda bumi menambah kerumitan hidup. Manusia enggan untuk berpikir untuk menyelesaikan masalahnya secara tenang. Akibatnya tersulut hal sepele cepat sekali uring-uringan. Sehingga di dalam tatanan keluarga, masyarakat, bahkan Negara harus mempunyai sosok sebagai penenang, agar hidup menjadi damai dan tenang.
            Allah berfirman dalam surat Az Zumar (23) “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi ‘berulang-ulang’, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” Maksud ‘berulang-ulang’ di sini ialah hukum-hukum, pelajaran dan kisah-kisah itu diulang-ulang menyebutnya dalam Al Quran supaya lebih kuat pengaruhnya dan lebih meresap agar hidup manusia menjadi tenang.
            Ceramah-ceramah agama, atau bahkan khotbah Jumat seringkali diulang-ulang materinya. Hal tersebut merupakan perwujudan dari surat Az Zumar (23) tersebut. Semakin materi tersebut diulang maka semakin berlipat pemahaman serta iman seseorang yang mendengar. Sehingga, dengan pemahaman dan iman yang berlipat manusia akan menjadi tenang hidupnya. Bahkan, bisa jadi akan menjadi penenang bagi orang lain dan bagi masyarakat di sekitarnya. Dengan hadirnya seseorang yang menenangkan dalam masyarakat, maka kehidupan akan berjalan tenang. Jadilah penenang untuk masyarakat di sekitarmu.

Surabaya. 31 oktober 2014

Komentar