Setiap orang pasti
ingin berbuat baik kepada sesamanya. Tanpa terkecuali seorang remaja, karena
setiap mereka kagum kepada seseorang maka kekaguman itu berasal dari
kebaikannya. Ketika remaja, saya juga mengalami hal yang demikian. Memang ada sumber lain ketika saya
mengagumi seseorang di luar kebaikannya, tetapi kalau di luar kebaikan,
kekaguman itu sedikit dan sebentar saja atau malah bisa sama sekali tak ada. Jika
sumber-sumber di luar kebaikan menjadi alat pendukung kebaikan, akan menjadi
semakin mengagumkan. Misalnya wajahnya baik, harta yang diperoleh halal, dan
perilakunya baik. Hal itu sungguh sebuah kelengkapan. Allah berfirman “Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung
(QS. Ali ‘Imran: 104).”
Saya tentu jauh dari nilai-nilai
yang lengkap itu. Kalaupun saya bernilai, pasti cuma sedikit saja. Bagi Anda
yang bernasib seperti saya, jangan khawatir, kita masih memiliki kabar baik.
Bentuknya adalah keinginan dan ketertarikan atas kebaikan. Ini sungguh insting
yang menyenangkan. Buktikan saja, setiap yang sedikit pasti tertarik untuk
mendekat ke yang banyak. Yang kurang baik, pasti cenderung mendekat ke yang
lebih baik. Secara alamiah dan naluriah, manusia mempunyai kecenderungan untuk
berbuat baik. Secara fitrah manusia mempunyai reflek membantu sesamanya yang
mengalami musibah. Allah berfirman “Tidak
ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar (QS. An Nisaa’: 114).
Ketika saya masih remaja, orientasi
atas kebaikan
tidak hanya berhenti pada sekadar mengagumi. Lambat laun, saya mulai berusaha
sekuat tenaga mencontoh perilaku-perilaku baik yang dilakukan orang-orang yang
saya kagumi. Misalnya saya mulai dari senantiasa menghormati orang tua dan tidak
membantah perintahnya, kecuali perintah orang tua tersebut bertentangan dengan
perintah Allah dan Rasulnya. Allah berfirman “Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia (QS. Al Israa’: 23).”
Alhamdulillah, perintah dari orang
tua tidak pernah bertentangan dengan perintah Allah dan Rasulnya. Allah juga
berfirman dalam surat Al ‘Ankabuut ayat 8 “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Selain itu, saya membiasakan diri
untuk menghormati orang lain, belajar bersedekah walaupun jumlahnya sangat
kecil, membantu kesulitan sesama, dan sebagainya.
Hendaknya,
sejak dini orang tua mengajari dan mendidik anak-anaknya berbuat baik. Dengan
cara memberi contoh melalui perilaku dan perbuatan. Allah berfirman “Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. Lukman: 13). Dari uraian surat Lukman
ayat 13 tersebut jelas, bahwa orang tua mempunyai kewajiban memberi pelajaran kepada
anak-anaknya, baik melalui nasihat lisan maupun contoh-contoh perbuatan dan
perilaku yang baik. Di sisi lain, para anak atau remaja hendaknya memenuhi
panggilan kebaikan karena di dalam setiap manusia mempunyai fitrah kebaikan
yang diberikan Allah kepada mahkluknya.
Jika panggilan kebaikan itu kita
datangi, betapa banyak kebaikan akan kita kumpulkan dan jika kebaikan sudah
banyak berkumpul Anda akan didatangi orang lain tanpa harus memanggil-manggil.
Kebaikan adalah suara yang sangat keras tanpa harus disuarakan. Kebaikan adalah
berita yang akan terus dikabarkan oleh setiap orang. Itulah kenapa orang-orang
yang terpanggil sering mengundang orang-orang yang memanggilnya dengan berbagai
cara hanya untuk melunaskan kekagumannya, kalau perlu dengan membayar pula. Datangilah
panggilan kebaikan itu betapapun ia sederhana.
Kelak hasil dari kebaikan yang sudah dilakukan akan sangat menakjubkan
Sidoarjo. 11 Februari 2015
Komentar