Dan diantara manusia ada orang-orang
yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal) (QS. Al Baqarah:165).
Di dalam kehidupan di dunia, manusia
tidak bisa lepas dengan apa yang dinamakan cinta. Cinta itu menggembirakan dan
dapat menjadikan manusia bahagia. Bukan hanya itu saja, tetapi cinta itu juga
dibutuhkan. Tidak saja oleh manusia, bahkan oleh semua makhluk hidup yang ada
di alam raya ini. Cinta adalah anugerah Allah. Cinta adalah sesuatu yang
mengantarkan kita pada kebahagiaan. Cinta sulit dilukiskan dengan sesuatu
apapun. Bahkan sebagian pakar berpendapat cinta tidak bisa dilukiskan dengan
kata-kata, hanya gejala-gejalanya saja yang dapat dijelaskan. Berbagai definisi
yang dikemukakan oleh para pakar tidak satu pun diantaranya ada yang
menggambarkan cinta secara menyeluruh. Dengan demikian, cinta seharusnya
mendorong manusia untuk berbuat hal-hal yang positif.
Manusia
terdiri dari jasmani, akal dan rasa. Akal ada logikanya, demikian juga rasa ada
logikanya pula. Akal tidak dapat menggabung dua hal yang bertolak belakang.
Akan tetapi rasa cinta dapat menggabungnya. Bukankah ada pepatah “benci tapi rindu“. Bagaimana dua hal
yang bertolak belakang ini bisa bertemu, kalau bukan yang mempertemukannya
adalah rasa cinta. Cinta ada bermacam-macam, ada cinta kepada Allah, ada cinta
kepada manusia, ada cinta kepada lingkungan, bahkan ada cinta kepada harta.
Cinta itu ada yang cepat diperoleh, tapi cepat pula layunya. Ada juga yang
lambat diperoleh, tapi terkesan dihati dan tidak pernah punah sampai akhir
hayat. Cinta sampai akhir hayat merupakan cinta sejati yang dianugerahkan Allah
kepada hamba-hambanya yang patuh.
Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Ali
‘Imran:31).
Cinta kepada Allah, dan
cinta Allah kepada manusia adalah salah satu aspek dari cinta. Bukti cinta kita
kepada Allah adalah taat dan patuh kepada-Nya. Sedangkan Allah menyatakan
cinta-Nya kepada sekian banyak manusia yaitu kepada mereka atau seseorang yang
berbuat baik kepada seseorang yang pernah berbuat salah terhadapnya, Allah
cinta kepada yang bertakwa, mereka yang senantiasa berbuat baik, mereka yang
bersabar, mereka yang bertaubat, mereka yang berakhlak mulia, yang beramal
sholeh, mereka yang mengikuti Nabi dan lain sebagainya, itulah bukti bahwa
Allah cinta kepada manusia. Sedangkan cinta sesama manusia, yaitu kepada
pasangannya, kepada keluarganya, kepada anaknya dan sebagainya.
Cinta kepada manusia
harus tetap memelihara kepribadian yang dicintainya. Tidak memaksakannya
menjadi seperti kita. Cinta kepada manusia bermula dari pengenalan, setelah itu
timbul penghormatan, setelah itu timbul tanggung jawab, kemudian dari ketiga
hal itu timbul kesetiaan. Tanpa hal-hal tersebut maka tidak dapat dinamakan cinta,
karena cinta harus saling mengenal, saling menghormati siapa yang dicintainya.
Cinta harus memberikan tanggung jawab, cinta harus memberikan kesetiaan kepada
siapa yang dicintainya. Kalau ketiga hal tersebut sudah dimiliki, maka
seseorang akan dapat berlaku adil. Allah berfirman “hendaklah
kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”
(QS. Al Hujuraat:9).
Apabila cinta yang
dimiliki manusia tidak memuat unsur tanggung jawab dan kesetiaan, serta tidak
berdasar pada peraturan-peraturan Allah, maka cinta tersebut akan berbahaya.
Cinta yang demikian dapat dikatakan sebagai cinta yang berlebihan atau cinta
buta. Cinta buta dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan di dalam hidup.
Demi cinta yang tidak berdasar pada pertauran-peraturan, seseorang bisa berbuat
apa saja dengan menghalalkan segala macam cara. Seorang ayah yang terlalu
mencintai (cinta buta) anaknya bisa melakukan hal-hal yang dilarang Allah,
misalnya mencuri atau korupsi.
Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang
musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: "Sesungguhnya
orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan
keluarganya pada hari kiamat." Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang
nyata (QS. Az Zumar:15).
Maka dari itu, cinta
manusia terhadap apapun harus berdasar pada ketetapan dan perturan-peraturan
Allah. Jadi cinta yang dimiliki manusia harus suci lahir dan batin untuk
memperoleh keberuntungan, dan bagi siapa yang mengotori cintanya dengan hal-hal
yang dilarang Allah akan mengalami kerugian yang besar.
Komentar