ISLAM
menganjurkan pemeluknya untuk rendah hati. Al-Quran sejak dini mengingatkan “Wahai
seluruh manusia, Kami menciptakan kamu terdiri dari lelaki dan perempuan,
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal, yakni saling
bantu-membantu dan sesungguhnya yang termulia di sisi Allah adalah yang paling
bertakwa” (QS, 49: 13). Memang yang dikatakan-Nya adalah yang “termulia”,
tetapi kemuliaan inilah, atau sifat-sifat yang menjadikan seseorang mulia
itulah yang mengantarnya untuk rendah hati. Ketakwaan itulah yang mengantar atau
membuahkan kerendahan hati, karena hanya Allah yang mengetahui siapa yang
bertakwa. Allah juga melarang seseorang angkuh, Allah juga menyatakan “Jangan
sekali-kali membanggakan diri kamu” (QS, 57: 23).
Kendati manusia
berbeda-beda, ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang pandai dan ada yang
bodoh, ada yang kuat dan ada yang lemah, tetapi yang perlu diyakini, bahwa di
atas yang kaya ada yang lebih kaya, di atas semua yang kuat ada yang lebih
kuat, di atas semua yang pandai ada yang lebih pandai. Selain itu, perlu juga
dipahami bahwa tidak semua pengetahuan dapat diraih oleh seseorang. Bisa jadi
yang anda ketahui tidak diketahui orang lain, begitu juga sebaliknya apa yang
diketahui orang lain belum tentu anda mengetahuinya. Orang kaya membutuhkan
yang miskin dan yang kuat membutuhkan yang lemah. Begitu juga sebaliknya, yang
miskin membutuhkan yang kaya dan yang lemah membutuhkan orang kuat. Jadi tidak
ada tempatnya untuk berbangga-bangga atau menyombongkan diri.
Dalam konteks rendah
hati, air bisa dijadikan contoh. Kendati air dibutuhkan oleh semua yang hidup,
bahkan sumber kejadian semua yang hidup, tetapi air terus mencari tempat yang
rendah. Air menurun dan terus menurun dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah. Jangan menduga air tidak mempunyai kekuatan. Jika kita membendungnya
air akan terus melaju dan akan mendobrak segala sesuatu. Begitulah seseorang
yang rendah hati. Betapa seseorang akan angkuh, kata Al-Quran “Dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak dapat menembus bumi, dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung” (QS, 17: 37).
“Wahai manusia kalau
ingin melihat kelemahanmu bandingkan kemampuanmu dengan lalat, yang bila
merebut sesuatu darimu engkau tidak dapat mengambilnya kembali” (QS, 22: 73).
Jangan duga bahwa rendah hati digambarkan menunduk apabila berjalan, dan jangan
pula dilukiskan dengan jalan yang lunglai. Rasulullah saw berjalan dengan penuh
dinamisme. Beliau dilukiskan bagaikan turun dari dataran yang tinggi. Juga
jangan pernah menduga rendah hati bisa menjadikan seseorang tidak gagah.
Di sisi lain, rendah
hati yang dimiliki seseorang akan memancarkan kebaikan bagi pihak lain. Setiap kali kagum pada seseorang,
ternyata sumber kekaguman itu selalu berasal dari kebaikannya. Bukan yang lain.
Memang ada sumber lain tapi kalau ia di luar kebaikan, kekaguman itu sedikit
dan sebentar saja, atau malah bisa sama sekali tak ada. Akan tetapi, jika
sumber-sumber yang lain menjadi alat pendukung kebaikan, akan menjadi semakin
menganggumkan. Misalnya keluarganya baik, harta yang diperolehnya baik, dan perilakunya
baik pula. Hal tersebut merupakan sebuah kelengkapan dalam hidup.
Secara alamiah manusia punya naluri akan kebaikan. Bahkan, sesuatu
yang baik akan menarik kita ke arahnya. Makin baik seseorang, makin tertarik
kita menujunya, tak peduli apapun hambatannya. Jadi pada hakikatnya kebaikan
itu memanggil-manggil kita untuk selalu menujunya. Jika panggilan itu kita
datangi, betapa banyak kebaikan akan kita kumpulkan. Dan, jika kebaikan sudah
banyak berkumpul, kita akan ganti didatangi tanpa harus memanggil-manggil.
Kebaikan adalah suara yang sangat keras tanpa harus disuarakan. Kebaikan adalah
berita yang akan terus dikabarkan. Itulah kenapa orang-orang yang terpanggil
sering mengundang orang-orang yang memanggilnya dengan berbagai cara hanya
untuk melunaskan kekagumannya. Intinya, setiap yang sedikit pasti tertarik untuk
mendekat ke yang banyak, dan yang kurang baik, pasti cenderung mendekat ke yang
lebih baik. Layanilah panggilan kebaikan
itu betapapun ia sederhana. Maka, buah dari rendah hati dan kebaikan akan
sangat menakjubkan.
Sidoarjo. 23 November 2015
Komentar