ALAM RAYA


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (QS. Al Baqarah:164).

            Berdasarkan kutipan ayat Al Baqarah di atas begitu jelas, bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini merupakan kehendak Allah SWT. Itulah salah satu kebesaran Allah yang sebagian manusia seringkali melupakannya, bahkan banyak yang mengeluh jika kehendak Allah tersebut bertentangan dengan keinginan manusia. Maka dari itu, berulang-ulang kita diingatkan untuk memuji kebesaran-Nya melalui ayat “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,” (QS. Al Faatihah:2). Maksudnya, memuji Allah berarti menyanjung, karena kehendak-Nya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti mengakui keutamaan terhadap nikmat yang diberikan. Kita menghadapkan segala puji bagi Allah, karena Dia merupakan sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. Dengan memuji dan merenungi ciptaan dan kehendak-Nya, maka manusia akan senantiasa patuh terhadap perintah Allah.
            Alam raya beserta seluruh isinya yang terhampar ini merupakan tanda kekuasaan Allah SWT. Alam raya yang begitu luas ini menunjuk pada perjalanan manusia menuju Allah SWT. Alam seakar dengan kata alamat atau tanda, karena itu alam raya ini juga dinamai ayat-ayat Allah. Maka dari itu, ayat-ayat Allah bisa dibagi menjadi dua, yaitu yang terbentang di bumi persada ini dan di langit yang sangat luas ini dan ayat-ayat yang terbaca dalam Al-Quran. Keduanya sangat mempesona, tetapi karena kita seringkali melihatnya dan mendengarnya, maka terjadilah erosi dan pesona itu menjadi berkurang. Itulah kenapa sebagian manusia lupa, dan hanya sibuk dengan dirinya sendiri tanpa pernah memikirkan dan merenungkan kebesaran-Nya. Dampaknya begitu serius, sehingga manusia-manusia semacam itu hanya mengejar kesenangan dunia tanpa memikirkan akhirat.
            Sekali lagi, alam raya dijadikan Allah sebagai tanda untuk menuju kehadirat-Nya. Ciptaan Allah ini sangat indah, menakjubkan dan memukau. Begitu indah dan memukaunya, sehingga sebagian manusia lupa bahwa ia dalam perjalanan menuju Allah. Contoh sederhananya, ibarat seseorang yang akan melakukan suatu perjalanan menuju salah satu kota tertentu, dan sampai perjalanan seseorang itu melihat sebuah patung yang dibuat sedemikian indah oleh pembuatnya, dan karena terpukau oleh keindahan patung itu maka, seseorang itu lupa bahwa ia akan menuju ke sebuah kota yang mesti ditujunya. Ia terpesona dengan dunia tetapi lupa dengan tujuannya, yaitu akhirat.
            Bumi kita ini apabila dibandingkan dengan alam raya yang sedemikian luas itu bagaikan sebiji kacang di tengah lapangan sepakbola, karena begitu banyaknya ayat-ayat Allah, begitu banyak sekali tanda-tanda, dan fenomena-fenomenanya yang dapat mengantar manusia untuk menyadari betapa besar Allah dan betapa Esa Yang Mahakuasa ini. Bahkan, bumi ini saja yang sangat kecil jika dibandingkan dengan alam raya dilukiskan begitu indah oleh Allah “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikannya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran,” (QS. Al Hijr: 19). Allah menciptakan bumi ini sedemikian serasi untuk kehidupan manusia, sehingga jumlah daratan disesuaikan dengan kebutuhan manusia, demikian juga jumlah lautannya. Allah pencipta bumi ini dalam Al-Quran mengulangi kata darat sebanyak dua belas kali, sedangkan kata laut sebanyak tiga puluh tiga kali. Dan kata para ilmuwan yang meneliti jumlah itu ternyata perbandingannya sesuai dengan luas daratan dan lautan di bumi ini. Allah menjadikan itu semua, untuk kita pahami, untuk kita renungkan, dan untuk kita tarik pelajaran dari bumi ini.
            Allah menciptakan alam raya ini dalam waktu enam hari (enam masa). Dua hari untuk menciptakan langit, dua hari untuk bumi, dan dua hari untuk sarana dan prasarana kebutuhan bumi. Sebenarnya, Allah berkuasa untuk menciptakannya dalam sesaat. Tapi Allah menginginkan manusia menarik pelajaran dari itu semua, antara lain janganlah tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, sehingga mengambil jalan pintas yang tidak dibenarkan. Salah satu sebab bencana yang dialami manusia adalah tergesa-gesa, ingin cepat sampai, padahal belum saatnya akan sampai. Allah menciptakan malam dan siang, dijadikan-Nya silih berganti. Dinyatakan-Nya “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya,” (QS. Al Qashash: 73). Semoga tanda-tanda alam raya dan nikmat Allah ini mampu kita syukuri dan dapat menjadikan pelajaran yang bermanfaat untuk kita semua.

Sidoarjo. 13 Februari 2017

Komentar